Senin, 24 Juni 2013

asuhan keperawatan sprain dan strain



      Anatomi dan Fisiologi Ligamen

Ligamen adalah jaringan lunak yang melekati tulang tulang. Ligamen sangat mirip dengan tendon. Perbedaannya adalah bahwa tendon otot melekat ke tulang. Kedua struktur ini terdiri dari serat kecil dari bahan yang disebut kolagen. Serat kolagen yang dibundel bersama untuk membentuk struktur tali-seperti. Ligamen dan tendon datang dalam berbagai ukuran dan seperti tali, terdiri dari serat yang lebih kecil. Ketebalan ligamen atau tendon menentukan kekuatannya.


      Definisi Sprain
Sprain atau keseleo merupakan keadaan ruptura total atau parsial pada ligamen penyangga yang mengelilingi sebuah sendi. Biasanya kondisi ini terjadi sesudah gerakan memuntuir yang tajam (Kowalak, 2011). 
Sprain adalah cedera pada sendi, dengan terjadinya robekan pada ligamentum, hal ini terjadi karena stress berlebihan yang mendadak atau penggunaan berlebihan yang berulang-ulang dari sendi. (Giam & Teh, 1993)


      Etiologi Sprain

Beberapa faktor sebagai penyebab sprain  :
1.    Umur
Faktor umur sangat menentukan karena mempengaruhi kekuatan serta kekenyalan jaringan. Misalnya pada umur tiga puluh sampai empat puluh tahun kekuatan otot akan relative menurun. Elastisitas tendon dan ligamen menurun pada usia tiga puluh tahun.
2.    Terjatuh atau kecelakan
Sprain dapat terjadi apabila terjadi kecelakan atau terjatuh sehingga jaringan ligamen mengalami sprain.
3.    Pukulan
Sprain dapat terjadi apabila mendapat pukulan pada bagian sendi dan menyebabkan sprain.
4.    Tidak melakukan pemanasan
Pada atlet olahraga sering terjadi sprain  karena kurangnya pemanasan. Dengan melakukan pemanasan otot-otot akan menjadi lebih lentur.

Menurut Kowalak, etiologi kseleo meliputi :
1.    Pemuntiran mendadak dengan tenaga yang lebih kuat daripada kekuatan ligamen dengan menimbulkan gerakan sendi diluar kisaran gerak (RPS) normal
2.    Fraktur atau dislokasi yang terjadi secara bersamaan

Faktor Risiko
1.    Riwayat keseleo sebelumnya (faktor risiko yang paling sering)
2.    Gangguan pada jaringan ikat 
3.   Kaki Cavovarus
      
      Klasifikasi Sprain
  • Sprain Tingkat I

1.    Merupakan robekan dari beberapa ligament akan tetapi tidak menghilangkan dan menurunkan fungsi sendi tersebut.
2.    Pasien bisa merawat sendiri selama proses rehabilitasi, atau setelah mendapatkan diagnosa dari dokter.
3.    Masa penyembuhan antara 2-6 minggu.
4.    Terjadi rasa sakit, pembengkakan kecil, sedikit perdarahan tetapi tidak terjadi leksitas abnormal.
  • Sprain Tingkat II

1.    Dimana terjadi kerusakan ligamen yang cukup lebih besar tetapi tidak sampai terjadi putus total.
2.    Terjadi rupture pada ligament sehingga menimbulkan penurunan fungsi sendi.
3.    Untuk pemulihannya membutuhkan bantuan fisioterapi dengan rentang waktu 2-6 minggu.
4.    Rasa sakit/nyeri,bengkak terjadi perdarahan yang lebih banyak.
  • Sprain Tingkat III

1.   Terjadi rupture komplit dari ligamen sehingga terjadi pemisahan komplit ligamen dari tulang.
2.   Untuk bisa pulih kembali maka diperlukan tindakan operasi dan fisioterapi dan rata-rata memakan waktu 8-10 minggu. 
3. Pada tingkatan ini ligamen pada lutut mengalami putus secara total dan lutut tidak dapat digerakkan.



     Patofisiologi Sprain
Sprain biasanya terjadi sesudah gerakan memuntir yang tajam. Keseleo atau sprain jika difiksasi dapat sembuh dalam dua hingga tiga minggu tanpa tindakan bedah korektif. Sesudah itu secara berangsur-angsur pasien dapat kembali melakukan aktivitas normal. Keseleo atau sprain pada pergelangan kaki merupakan cedera sendi yang paling sering dijumpai dan kemudian diikuti oleh keseleo pada pergelangan tangan, siku, serta lutut. 
Jika sebuah ligamen mengalami ruptur maka eksudasi inflamatori akan terjadi dalam hematoma diantara kedua ujung potongan ligamen yang putus itu. Jaringan granulasi tumbuh kedalam dari jaringan lunak dan kartilago sekitarnya. Pembentukan kolagen dimulai empat hingga lima hari sesudah cedera dan pada akhirnya akan mengatur serabut-serabut tersebut sejajar dengan garis tekanan/stres. Dengan bantuan jaringan fibrosa yang vaskular, akhirnya jaringan yang baru tersebut menyatu dengan jaringan disekitarnya. Ketika reorganisasi ini berlanjut, ligamen yang baru akan terpisah dari jaringan sekitarnya dan akhirnya menjadi cukup kuat untuk menahan tegangan otot normal.

      Manifestasi Klinis Sprain
Tanda dan gejala yang mungkin timbul karena keseleo meliputi :
1.    Nyeri lokal (Khususnya pada saat menggerakkan sendi)
2.    Pembengkakan dan rasa hangat akibat inflamasi
3.    Gangguan mobilitas akibat rasa nyeri (yang baru terjadi beberapa jam setelah cedera)
4.    Perubahan warna kulit akibat ekstravasasi darah kedalam jaringan sekitarnya

      Pemeriksaan Diagnostik Sprain
1.    Foto rontgen untuk menyingkirkan kemungkinan fraktur 
2. Stress radiography untuk memfisualisasi cedera ketika bagian tersebut digerakkan 
3. Artrografi 
4. Artroskopy 

      Komplikasi Sprain
Komplikasi yang mungkin muncul pada kondisi seseorang yang terkena sprain meliputi :
1.    Disklokasi berulang akibat ligamen yang ruptur tersebut tidak sembuh dengan sempurna sehingga diperlukan pembedahan untuk memperbaikinya
2.    Gangguan fungsi ligamen (jika terjadi tarikan otot yang kuat sebelum sembuh dan tarikan tersebut menyebabkan regangan pada ligamen yang ruptur, maka ligamen ini dapat sembuh dengan bentuk memanjang, yang disertai pembentukan jaringan parut secara berlebihan).

      Penatalaksanaan Sprain
  • RICE (Rice, Ice, Compression, Elevation)
Prinsip utama penatalaksanaan sprain adalah mengurangi pembengkakan dan nyeri yang terjadi. Langkah yang paling tepat sebagai penatalaksanaan tahap awal (24-48 jam) adalah prinsip RICE (rest, ice, compression, elevation), yaitu :
1.    Rest (istirahat)
Kurangi aktifitas sehari-hari sebisa mungkin. Jangan menaruh beban pada tempat yang cedera selama 48 jam. Dapat digunakan alat bantu seperti crutch (penopang/penyangga tubuh yang terbuat dari kayu atau besi) untuk mengurangi beban pada tempat yang cedera.
2.    Ice (es)
Letakkan es yang sudah dihancurkan kedalam kantung plastik atau semacamnya. Kemudian letakkan pada tempat yang cedera selama maksimal 2 menit guna menghindari cedera karena dingin.
3.    Compression (penekanan)
Untuk mengurangi terjadinya pembengkakan lebih lanjut, dapat dilakukan penekanan pada daerah yang cedera. Penekanan dapat dilakukan dengan perban elastik. Balutan dilakukan dengan arah dari daerah yang paling jauh dari jantung ke arah jantung.
4.    Elevation (peninggian)
Jika memungkinkan, pertahankan agar daerah yang cedera berada lebih tinggi daripada jantung. Sebagai contoh jika daerah pergelangan keki yang terkena, dapat diletakkan bantal atau guling dibawahnya supaya pergelangan kaki lebih tinggi daripada jantung. Tujuan daripada tindakan ini adalah agar pembengkakan yang terjadi dapat dikurangi.
  • Penanganan sprain menurut klasifikasi
1.    Sprain tingkat satu (first degree)
Tidak perlu pertolongan/ pengobatan, cedera pada tingkat ini cukup diberikan istirahat saja karena akan sembuh dengan sendirinya.
2.    Sprain  tingkat dua (Second degree).
a.    Pemberian pertolongan dengan metode RICE
b.    Tindakan imobilisasi (suatu tindakan yang diberikan agar bagian yang cedera tidak dapat digerakan) dengan cara balut tekan, spalk maupun gibs. Biasanya istirahat selama 3-6 minggu.
3.    Sprain tingkat tiga (Third degree).
a.    Pemberian pertolongan dengan metode RICE
b.    Dikirim kerumah sakit untuk dijahit/ disambung kembali


ASUHAN KEPERAWATAN
     Pengkajian
1.    Identitas pasien.
2.     Keluhan Utama : nyeri, kelemahan, mati rasa, edema, perdarahan, perubahan mobilitas / ketidakmampuan untuk menggunakan sendi, otot dan tendon.
3.    Riwayat Kesehatan.
     a.    Riwayat Penyakit Sekarang.
          1)   Kapan keluhan dirasakan, apakah sesudah beraktivitas kerja atau setelah berolah raga.
          2)   Daerah mana yang mengalami trauma.
          3)   Bagaimana karakteristik nyeri yang dirasakan.
     b.    Riwayat Penyakit Dahulu.
1)   Apakah klien sebelumnya pernah mengalami sakit seperti ini atau mengalami trauma pada sistem muskuloskeletal lainnya.
c.    Riwayat Penyakit Keluarga.
1)   Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ini.
4.    Pemeriksaan Fisik.
a.    Inspeksi : kelemahan, edema, perdarahan, perubahan warna kulit, ketidakmampuan menggunakan sendi
b.    Palpasi : Mati rasa
c.    Perkusi.
5.    Pemeriksaan Penunjang.
Pada sprain untuk diagnosis perlu dilaksanakan rontgen untuk membedakan dengan patah tulang.

     Diagnosa Keperawatan
1.    Nyeri berhubungan dengan pelepasan mediator kimia bradikinin
2.    Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan pembengkakan
3.    Gangguan integritas kulit berhubungan dengan eritema
4.    Risiko hipertermi berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh

      Rencana Intervensi
Nyeri berhubungan dengan pelepasan mediator kimia bradikinin
Tujuan      : Dalam waktu 3 x 24 jam setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurang
KH :
1.    Skala nyeri berkurang secara subjektif
2.    Pasien dapat beristirahat
3.    Ekspresi meringis (-)
4.    TTV dalam batas normal (TD : 120-140/60-80 mmHg, N : 60-100, RR : 16-24 x/menit, T : 36,5-37,5°C)

INTERVENSI
1.   Berikan lingkungan tenang dan nyaman
R/ Membantu pasien untuk dapat beristirahat
2.   Ajarkan teknik ditraksi dan relaksasi
R/ Mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien
3.   Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi
R/ Mengurangi rasa sakit yang dirasakan pasien
4.   Kaji skala nyeri
R/ Mengetahui skala nyeri pasien
5.   Pantau TTV pasien
R/ Untuk mengetahui status kesehatan pasien

Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan pembengkakan
Tujuan      : dalam waktu 1 x 24 jam setelah diberikan tindakan keperawatan klien dapat melakukan aktivitas
KH           :
a.    Menunjukan peningkatan aktivitas
b.    Pasien tampak tenang
c.    TTV dalam rentang normal (TD : 120-140/60-80 mmHg, N : 60-100 x/menit, RR : 16-24 x/menit, T : 36,5 – 37,5°C)

INTERVENSI
1.    Ciptakan lingkungan yang tenang
R/ menurunkan stimulasi yang kemungkinan besar dapat menimbulkan agitasi, hiperaktif, dan imsomnia
2.    Berikan tindakan yang membuat pasien merasa nyaman seperti massage
R/  meningkatkan relaksasi
3.    Sarankan pasien untuk mengurangi aktivitas
R/ membantu melawan pengaruh dari peningkatan metabolisme
4.    Pantau tanda vital dan catat nadi baik istirahat maupun saat aktivitas.
R/ nadi secara luas meningkat dan bahkan istirahat , takikardia mungkin ditemukan

Gangguan integritas kulit berhubungan dengan eritema
Tujuan      : dalam waktu 2 x 24 jam setelah diberikan tindakan keperawatan klien tidak mengalami gangguan integritas kulit
KH           :
1.    Tidak ada dekibitus
2.    Kulit kering

INTERVENSI
1.    Inspeksi seluruh lapisan kulit
R/ untuk mengetahui seberapa keparahan tingkat gangguan integritas kulit
2.    Lakukan perubahan posisi
R/ mencegah dekubitus
3.    Berikan terapi kinetik sesuai kebutuhan
R/ mengurangi atau mencegah dekubitus

Risiko hipertermi berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh
Tujuan      : dalam waktu 1 x 24 jam setelah diberikan tindakan keperawatan klien tidak mengalami gangguan integritas kulit
KH      :
1.    Pasien tidak berkeringat lagi
2.    Kulit tidak merah
3.    Pasien tidak mengeluh panas
4.    Pasien tidak dehidrasi
5.    Suhu tubuh normal (36,5-37,5°C)

INTERVENSI
1.   Observasi suhu tubuh pasien
R/ mengetahui keadaan umum pasien
2.   Beri kompres hangat pada pasien
R/ menurunkan suu tubuh pasien
3.   Anjurkan klien untuk banyak minum
R/ mencegah dehidrasi pada pasien
4.   Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi : antrain 
     R/ menurunkan panas/ suhu tubuh pasien



DAFTAR PUSTAKA

Anonymus. 2009. Cedera Muskuloskeletal. http://arsip2.lkc.or.id/kesehatan/detail/82 diakses tanggal 22 Nopember 2012 pukul 23 : 58
Anonymus. 2012. Pengertian Sprain http://fourseasonnews.blogspot.com/2012/05/pengertian-sprain-keseleo.html diakses tanggal 23 Nopember 2012 pukul 00 : 02
Baraik. 2012. Pertolongan Saat Terkilir atau Keseleo. http://rq-baraik.blogspot.com/2012/09/pertolongan-saat-terkilir-atau-keseleo.html diakses tanggal 22 Nopember 2012 pukul 23 : 56
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC
Jatiarso, Eko. 2012. Makalah Askep Strain. http://jatiarsoeko.blogspot.com/2012/04/makalah-askep-strain.html diakses tanggal 23 Nopember 2012 pukul 23 : 10
Kowalak. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta : EGC
Refarat. 2011. Instabilitas Pergelangan Kaki. http://skydrugz.blogspot.com/2011/10/instabilitas-pergelangan-kaki-ankle.html diakses tanggal 23 Nopember 2012 pukul 00 : 00

0 komentar:

Posting Komentar