Sabtu, 13 Juli 2013

Epidemiologi dalam keperawatan

0
A. Pengertian, definisi, peranan dan ruang lingkup epidemiologi
1. Pengertian
Epidemilogi berasal dari bahasa Yunani, yaitu (Epi=pada, Demos=penduduk, logos = ilmu), dengan demikian epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan masyarakat.
2. Definisi
Banyak definisi tentang Epidemiologi, beberapa diantaranya :
a. W.H. Welch
Suatu ilmu yang mempelajari timbulnya, perjalanan, dan pencegahan penyakit, terutama penyakit infeksi menular. Dalam perkembangannya, masalah yang dihadapi penduduk tidak hanya penyakit menular saja, melainkan juga penyakit tidak menular, penyakit degenaratif, kanker, penyakit jiwa, kecelakaan lalu lintas, dan sebagainya. Oleh karena batasan epidemiologi menjadi lebih berkembang.
b. Mausner dan Kramer
Studi tentang distribusi dan determinan dari penyakit dan kecelakaan pada populasi manusia.
c. Last
Studi tentang distribusi dan determinan tentang keadaan atau kejadian yang berkaitan dengan kesehatan pada populasi tertentu dan aplikasi studi untuk menanggulangi masalah kesehatan.
d. Mac Mahon dan Pugh
Epidemiologi adalah sebagai cabang ilmu yang mempelajari penyebaran penyakit dan faktor-faktor yang menentukan terjadinya penyakit pada manusia.
e. Omran
Epidemiologi adalah suatu studi mengenai terjadinya distribusi keadaan kesehatan, penyakit dan perubahan pada penduduk, begitu juga determinannya dan akibat-akibat yang terjadi pada kelompok penduduk.
f. W.H. Frost
Epidemiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari timbulnya, distribusi, dan jenis penyakit pada manusia menurut waktu dan tempat.
g. Azrul Azwar
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan pada sekelompok manusia serta faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa ada 3 komponen penting yang ada dalam epidemiologi, sebagai berikut :
1) Frekuensi masalah kesehatan
2) Penyebaran masalah kesehatan
3) Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya masalah kesehatan.
3. Peranan
Dari kemampuan epidemiologi untuk mengetahui distribusi dan faktor-faktor penyebab masalah kesehatan dan mengarahkan intervensi yang diperlukan maka epidemiologi diharapkan mempunyai peranan dalam bidang kesehatan masyarakat berupa :
a. Mengidentifikasi faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya penyakit atau masalah kesehatan dalam masyarakat.
b. Menyediakan data yang diperlukan untuk perencanaan kesehatan dan mengambil keputusan.
c. Membantu melakukan evaluasi terhadap program kesehatan yang sedang atau telah dilakukan.
d. Mengembangkan metodologi untuk menganalisis keadaan suatu penyakit dalam upaya untuk mengatasi atau menanggulanginya.
e. Mengarahkan intervensi yang diperlukan untuk menanggulangi masalah yang perlu dipecahkan.
4. Ruang lingkup
a. Masalah kesehatan sebagai subjek dan objek epidemiologi
Epidemiologi tidak hanya sekedar mempelajari masalah-masalah penyakit-penyakit saja, tetapi juga mencakup masalah kesehatan yang sangat luas ditemukan di masyarakat. Diantaranya masalah keluarga berencana, masalah kesehatan lingkungan, pengadaan tenaga kesehatan, pengadaan sarana kesehatan dan sebagainya. Dengan demikian, subjek dan objek epidemiologi berkaitan dengan masalah kesehatan secara keseluruhan.
b. Masalah kesehatan pada sekelompok manusia
Pekerjaan epidemiologi dalam mempelajari masalah kesehatan, akan memanfaatkan data dari hasil pengkajian terhadap sekelompok manusia, apakah itu menyangkut masalah penyakit, keluarga berencana atau kesehatan lingkungan. Setelah dianalisis dan diketahui penyebabnya dilakukan upaya-upaya penanggulangan sebagai tindak lanjutnya.
c. Pemanfaatan data tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan dalam merumuskan penyebab timbulnya suatu masalah kesehatan.
Pekerjaan epidemiologi akan dapat mengetahui banyak hal tentang masalah kesehatan dan penyebab dari masalah tersebut dengan cara menganalisis data tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan yang terjadi pada sekelompok manusia atau masyarakat. Dengan memanfaatkan perbedaan yang kemudian dilakukan uji statistik, maka dapat dirumuskan penyebab timbulnya masalah kesehatan.
B. Natural history of deseases
Riwayat alamiah suatu penyakit dapat digolongkan dalam 5 tahap :
1. Pre Patogenesis
Tahap ini telah terjadi interaksi antara penjamu dengan bibit penyakit, tetapi interaksi ini terjadi di luar tubuh manusia, dalam arti bibit penyakit berada di luar tubuh manusia dan belum masuk ke dalam tubuh. Pada keadaan ini belum ditemukan adanya tanda-tanda penyakit dan daya tahan tubuh penjamu masih kuat dan dapat menolak penyakit. Keadaan ini disebut sehat.
2. Tahap inkubasi (sudah masuk Patogenesis)
Pada tahap ini biit penyakit masuk ke tubuh penjamu, tetapi gejala-gejala penyakit belum nampak. Tiap-tiap penyakit mempunyai masa inkubasi yang berbeda. Kolera 1-2 hari, yang bersifat menahun misalnya kanker paru, AIDS dll.
3. Tahap penyakit dini
Tahap ini mulai dihitung dari munculnya gejala-gejala penyakit, pada tahap ini penjamu sudah jatuh sakit tetapi masih ringan dan masih bisa melakukan aktifitas sehari-hari. Bila penyakit segera diobati, mungkin bisa sembuh, tetapi jika tidak, bisa bertambah parah. Hal ini terganting daya tahan tubuh manusia itu sendiri, seperti gizi, istirahat dan perawatan yang baik di rumah (self care).
4. Tahap penyakit lanjut
Bila penyakit penjamu bertambah parah, karena tidak diobati/tidak tertur/tidak memperhatikan anjuran-anjuran yang diberikan pada penyakit dini, maka penyakit masuk pada tahap lanjut. Penjamu terlihat tak berdaya dan tak sanggup lagi melakukan aktifitas. Tahap ini penjamu memerlukan perawatan dan pengobatan yang intensif.
5. Tahap penyakit akhir
Tahap akhir dibagi menjadi 5 keadaan :
a. Sembuh sempurna (bentuk dan fungsi tubuh penjamu kembali berfungsi seperti keadaan sebelumnya/bebeas dari penyakit)
b. Sembuh tapi cacat ; penyakit penjamu berakhir/bebas dari penyakit, tapi kesembuhannya tak sempurna, karena terjadi cacat (fisik, mental maupun sosial) dan sangat tergantung dari serangan penyakit terhadap organ-organ tubuh penjamu.
c. Karier : pada karier perjalanan penyakit seolah terhenti, karena gejala penyakit tak tampak lagi, tetapi dalam tubuh penjamu masih terdapat bibit penyakit, yang pada suatu saat bila daya tahan tubuh penjamu menurun akan dapat kembuh kembali. Keadaan ini tak hanya membahayakan penjamu sendiri, tapi dapat berbahaya terhadap orang lain/masyarakat, karena dapat menjadi sumber penularan penyakit (human reservoir)
d. Kronis ; pada tahap ini perjalanan penyakit tampak terhenti, tapi gejala-gejala penyakit tidak berubah. Dengan kata lain tidak bertambah berat maupun ringan. Keadaan ini penjamu masih tetap berada dalam keadaan sakit.
e. Meninggal ; Apabila keadaan penyakit bertambah parah dan tak dapat diobati lagi, sehingga berhentinya perjalanan penyakit karena penjamu meninggal dunia. Keadaan ini bukanlah keadaan yang diinginkan.
C. Upaya pencegahan dan ukuran frekuensi penyakit.
Dalam kesehatan masyarakat ada 5 (lima) tingkat pencegahan penyakit menurut Leavell and Clark. Pada point 1 dan 2 dilakukan pada masa sebelum sakit dan point 3,4,5 dilakukan pada masa sakit.
1. Peningkatan kesehatan (health promotion)
a. Penyediaan makanan sehat dan cukup (kualitas maupun kuantitas)
b. Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan, misalnya penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan tinja dan limbah.
c. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat. Misal untuk kalangan menengah ke atas di negara berkembang terhadap resiko jantung koroner.
d. Olahraga secara teratur sesuai kemampuan individu.
e. Kesempatan memperoleh hiburan demi perkembangan mental dan sosial.
f. Nasihat perkawinan dan pendidikan seks yang bertanggung jawab.
2. Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-penyakit tertentu (general and specific protection)
a. Memberikan immunisasi pada golongan yang rentan untuk mencegah penyakit
b. Isolasi terhadap penderita penyakit menular, misal yang terkena flu burung.
c. Pencegahan terjadinya kecelakaan baik di tempat umum maupun tempat kerja.
d. Perlindungan terhadap bahan-bahan yang bersifat karsinogenik, bahan-bahan racun maupun alergi.
e. Pengendalian sumber-sumber pencemaran.
3. Penegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat (early diagnosis and prompt treatment)
a. Mencari kasus sedini mungkin.
b. Mencari penderita dalam masyarakat dengan jalan pemeriksaan . Misalnya pemeriksaan darah, rontgent paru.
c. Mencari semua orang yang telah berhubungan dengan penderita penyakit menular (contact person) untuk diawasi agar bila penyakitnya timbul dapat segera diberikan pengobatan.
d. Meningkatkan keteraturan pengobatan terhadap penderita.
e. Pemberian pengobatan yang tepat pada setiap permulaan kasus.
4. Pembatasan kecacatan (dissability limitation)
a. Pengobatan dan perawatan yang sempurna agar penderita sembuh dan tak terjadi komplikasi.
b. Pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan.
c. Perbaikan fasilitas kesehatan sebagai penunjang untuk dimungkinkan pengobatan dan perawatan yang lebih intensif.
5. Pemulihan kesehatan (rehabilitation)
a. Mengembangkan lembaga-lembaga rehabilitasi dengan mengikutsertakan masyarakat.
b. Menyadarkan masyarakat untuk menerima mereka kembali dengan memberikan dukungan moral setidaknya bagi yang bersangkutan untuk bertahan.
c. Mengusahakan perkampungan rehabilitasi sosial sehingga setiap penderita yang telah cacat mampu mempertahankan diri.
d. Penyuluhan dan usaha-usaha kelanjutan yang harus tetap dilakukan seseorang setelah ia sembuh dari suatu penyakit.
Beaglehole (WHO, 1993) membagi upaya pencegahan menjadi 3 bagian : primordial prevention (pencegahan awal) yaitu pada pre patogenesis, primary prevention (pencegahan pertama) yaitu health promotion dan general and specific protection , secondary prevention (pencegahan tingkat kedua) yaitu early diagnosis and prompt treatment dan tertiary prevention (pencegahan tingkat ketiga) yaitu dissability limitation.
Ukuran frekuensi penyakit menunjukkan kepada besarnya masalah kesehatan yang terdapat pada kelompok manusia/masyarakat. Artinya bila dikaitkan dengan masalah penyakit menunjukkan banyaknya kelompok masyarakat yang terserang penyakit. Untuk mengetahui frekuensi masalah kesehatan yang terjadi pada sekelompok orang/masyarakat dilakukan langkah-langkah :
1) Menemukan masalah kesehatan, melalui cara : penderita yang datang ke puskesmas, laporan dari masyarakat yang datang ke puskesmas.
2) Research/survei kesehatan. Misal : Survei Kesehatan Rumah Tangga
3) Studi kasus. Misal : kasus penyakit pasca bencana tsunami.
D. Penelitian epidemiologi
Secara sederhana, studi epidemiologi dapat dibagi menjadi dua kelompok sebagai berikut :
1. Epidemiologi deskriptif, yaitu Cross Sectional Study/studi potong lintang/studi prevalensi atau survei.
2. Epidemiologi analitik : terdiri dari :
a. Non eksperimental :
1) Studi kohort / follow up / incidence / longitudinal / prospektif studi. Kohort diartiakan sebagai sekelompok orang. Tujuan studi mencari akibat (penyakitnya).
2) Studi kasus kontrol/case control study/studi retrospektif. Tujuannya mencari faktor penyebab penyakit.
3) Studi ekologik. Studi ini memakai sumber ekologi sebagai bahan untuk penyelidikan secara empiris faktor resiko atau karakteristik yang berada dalam keadaan konstan di masyarakat. Misalnya, polusi udara akibat sisa pembakaran BBM yang terjadi di kota-kota besar.
b. Eksperimental. Dimana penelitian dapat melakukan manipulasi/mengontrol faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil penelitian dan dinyatakan sebagai tes yang paling baik untuk menentukan cause and effect relationship serta tes yang berhubungan dengan etiologi, kontrol, terhadap penyakit maupun untuk menjawab pertanyaan masalah ilmiah lainnya. Studi eksperimen dibagi menjadi 2 (dua) yaitu :
1) Clinical Trial. Contoh :
a) Pemberian obat hipertensi pada orang dengan tekanan darah tinggi untuk mencegah terjadinya stroke.
b) Pemberian Tetanus Toxoid pada ibu hamil untuk menurunkan frekuensi Tetanus Neonatorum.
2) Community Trial. Contoh : Studi Pemberian zat flourida pada air minum.
E. Epidemiologi keperawatan
Dalam ilmu keperawatan dikenal istilah community health nursing (CHN) atau keperawatan kesehatan masyarakat, dimana ilmu pengetahuan epidemiologi digunakan CHN sebagai alat meneliti dan mengobservasi pada pekerjaan dan sebagai dasar untuk intervensi dan evaluasi literatur riset epidemiologi. Metode epidemiologi sebagai standard kesehatan, disajikan sebagai alat untuk memperkirakan kebutuhan masyarakat. Monitoring perubahan status kesehatan masyarakat dan evaluasi pengaruh program pencegahan penyakit, dan peningkatan kesehatan. Riset/studi epidemiologi memunculkan badan pengetahuan (body of knowledge) termasuk riwayat asal penyakit, pola terjadinya penyakit, dan faktor-faktor resiko tinggi terjadinya penyakit, sebagai informasi awal untuk CHN. Pengetahuan ini memberi kerangka acuan untuk perencanaan dan evaluasi program intervensi masyarakat, mendeteksi segera dan pengobatan penyakit, serta meminimalkan kecacatan. Program utama pencegahan difokuskan pada menjaga jarak perantara penyakit dari host/tuan rumah yang rentan, pengurangan kelangsungan hidup agent, penambahan resistensi host dan mengubah kejadian hubungan host, agent, dan lingkungan. Kedua, program mengurangi resiko dan screening, ketiga : strategi mencegah pada pribadi perawat dengan body of knowlwdge yang berasal dari riset epidemiologi, sebagai dasar untuk pengkajian individu dan kebutuhan kesehatan keluarga dan intervensi perencanaan perawatan.

pustaka :
Effendy, Nasrul. Dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat, edisi 2. Jakarta : EGC, 1998.
Leavel, H.R and Clark, E.G. Preventive Medicine for the Doctor in His Community, 3th Edition, Mc Graw-Hill Inc, New York, 1965.
Beaglehole, R. R. Bonita, T. Kjellstrom. Basic Epidemiology, WHO, Geneva, 1993.
Stanhope and Lancaster. Community Health Nursing ; Process and practise for Promoting Health, Mosby Company St. Louis, USA, 1989.
Chandra, Budiman. Pengantar Prinsip dan Metode Epidemiologi. Jakarta ; EGC, 1996
Read More

Rabu, 03 Juli 2013

Laporan Pendahuluan Kebutuhan Oksigenasi

0



A. DEFENISI
Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh (Tarwoto dan Wartonah, 2006).
Oksigen adalah kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan dan aktivitas berbagai organ atau sel (Carpenito, 2006).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa oksigen adalah suatu komponen gas yang merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel.

B. Tujuan Pemberian Oksigen
Tujuan pemberian oksigen antara lain ;
1. Mempertahankan konsentrasi oksigen yang adekuat bagi sel untuk bermetabolisme
2. Menurunkan beban kerja paru
3. Menurunkan beban kerja jantung

C. Faktor yang mempengaruhi
Faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi menurut Tarwoto dan Wartonah antara lain :
1. Lingkungan
Konsentrasi oksigen pada dataran tinggi cenderung lebih rendah, sehingga tubuh berespon untuk meningkatkan frekuensi dan kedalaman pernafasan untuk memenuhi oksigenasi jaringan
2. Exercise
Aktivitas fisik atau berolah raga akan meningkatkan HR dan RR untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi
3. Emosi
Emosi akan merangsang saraf simpatik, sehingga akan meningkatkan HR dan RR
4. Status Kesehatan
Kondisi sehat dan sakit seseorang akan mempengaruhi tingkat asupan oksigen, seperti halnya pada pasien anemia atau PPOK
5. Efek samping Obat
Pemberian obat sedatif baik narkotik dan psikotropik akan menekan pusat nafas

D. Pengkajian
1. Manifestasi Klinik
a. Keluhan sesak
b. Hemoptysis
c. Chest pain
d. Nafas cuping hidung
e. RR meningkat
f. Retraksi dada
g. Penggunaan otot aksesori pernafasan
h. Diaporesis
i. Sianotik
j. Penurunan kesadaran
k. Saturasi oksigen turun < 90 % l. PO2 darah turun 2. Pemeriksaan Fisik a. Hidung Inspeksi : cuping hidung, deviasi septum nasi, perforasi, sekret, darah Palpasi adanya nyeri tekan b. Faring Inspeksi warna, eksudat, ulserasi, adanya bengkak c. Trakhea Inspeksi posisi simetris atau deviasi d. Thoraks Inspeksi ; postur, bentuk dada, adanya retraksi dinding dada, kedalaman Palpasi : nyeri tekan, ekspansi rongga thoraks, taktil fremitus Perkusi : membandingkan bunyi satu sisi denagn sisi lainnya Auskultasi : evaluasi bunyi nafas serta adanya nafas tambahan 3. Data Penunjang a. Foto Thoraks ; untuk melihat corakan, adanya infiltrat, struktur tulang serta vaskularisasi dada b. Pemeriksaan Hb ; terkait transportasi oksigen c. Pemeriksaan analisa gas darah ; untuk melihat kandungan gas-gas dalam darah d. Pemeriksaan spirometri ; untuk melihat kapasitas vital paru E. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan gangguan oksigenasi 1. Bersihan Jalan nafas tidak efektif (Kerusakan pada fisiologi Ventilasi) 2. Kerusakan pertukaran gas (Kerusakan pada fisiologi Difusi) 3. Pola nafas tidak efektif (Kerusakan pada fisiologi Transportasi) F. Rencana Tindakan 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif Tujuan : Patensi dan kebersihan jalan nafas terjaga Kriteria hasil : suara nafas bersih, tidak ada sekret di jalan nafas, RR dalam batas normal, SpO2> 95%
Intervensi :
- Tanyakan adanya sesak nafas, adanya batuk, kesulitan untuk mengeluarkan dahak
- Auskultasi suara nafas di saluran. Rasional ; untuk mengevaluasi danya sekret
- Anjurkan untuk meningkatkan minum. Rasional ; jika status hidrasi bagus diharapkan bisa mengencerkan dahak
- Latih teknik nafas dalam dan batuk efektif. Rasional ;untuk meningkatkan kemampuan batuk pasiensehingga sekret mampu dikelurkan
- Lakukan fisioterapi dada/ postural drainase. Rasional ; untuk membantu memobilisasi sekret
- Lakukan penghisapan lendir. Rasional ; untuk membantu membersihkan sekret dengan hisapan secara manual
- Pemberian oksigen sesuai kebutuhan
- Kolaborasi pemberian mucolitik dan bronkhodilator. Rasional ; untuk mengencerkan dahak serta melonggarkan saluran nafas


2. Kerusakan pertukaran gas
Tujuan : Pasien dapat mempertahankan pertukaran gas yang adekuat
Kriteria hasil : bunyi paru bersih, tidak ada sianotik, gas darah dalam batas normal
Intervensi :
- Observasi adanya tanda hipoksia ; gelisah, sianotik, penurunan kesadaran, RR meningkat, SpO2 turun
- Berikan oksigen sesuai tingkat kebutuhan
- Auskultasi suara nafas di seluruh lapang paru. Rasional ; untuk mengevaluasi danya udema paru
- Atur posisi setengah duduk. Rasional ; untuk membantu ekspansi paru
- Ajarkan teknik nafas dalam. Rasional ; untuk meningkatkan up take oksigen
- Jaga keseimbangan in take dan out ut cairan. Rasional ; kelebihan cairan akan membebani kerja jantung dan paru
- Lakukan pemeriksaan gas darah. Rasional ; untuk mengevaluasi kadar gas dalam darah
- Kolaborasi pemberian bronkhodilator. Rasional ; untuk melonggarkan saluran nafas
- Kolaborasi pemberian diuretik dan vasodilator. Rasional ; untuk menurunkan beban kerja jantung dan paru
3. Pola nafas tidak efektif
Tujuan : Pola nafas menjadi lebih efektik
Kriteria hasil : RR dalam batas normal, penggunaan otot bantu pernafasan minimal, sesak nafas berkurang, tidak sianotik
Intervensi :
- Observasi perubahan pola nafas, RR, penggunaan otot bantu pernafasan
- Atur posisi setengah duduk. Rasional ; untuk meningkatkan ekspansi paru
- Ajarkan teknik nafas dalam dan pelan. Rasional ; untuk meningkatkan efektivitas pola nafas
- Berikan oksigen sesuai kebutuhan
- Kolaborasi pemberian bronkhodilator. Rasional ; untuk melonggarkan saluran nafas


G. Referensi
Carpenito-Moyet, Lynda Jual (2006). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC
Doengoes, Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Nanda International (2009). Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi. 2009-2011. Penerbit buku kedokteran EGC : Jakarta
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2004). Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical Surgical Nursing 10th edition. lippincott williams & wilkins.
Tarwoto & Wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan. Edisi 4. Salemba Medika : Jakarta


Read More

Laporan Pendahuluan Gangguan Pola Nutrisi

0




 A. DEFINISI
     Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuhnya serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi dapat dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat lain yang terkandung, aksi reaksi dan keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit. ( Wartonah, 2010 )
      Nutrisi juga dapat di katakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat lain yang terkandung, aksi, dan keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan penyakit.

  B.  FISIOLOGI NUTRISI DAN METABOLISME
    Tubuh memerlukan bahan bakar untuk menyediakan energi untuk fungsi organ dan pergerakan badan, untuk menyediakan material mentah, untuk fungsi enzim, pertumbuhan, penempatan kembali dan perbaikan sel. Metabolisme mengacu pada semua reaksi biokimia dalm tubuh. Proses metabolic dapat menjadi anabolic (membangun) atau katabolic (merusak). Energy adalah kekuatan untuk bekerja, manusia membutuhkan energy untuk terus menerus berhubungan dengan lingkungannya.
1.   Pemasukan energy
Pemasukan energi merupakan energi yang dihasilkan selama oksidasi makanan. Makanan merupakan sumber utama energi manusia. Besarnya energi yang dihasilkan dengan satuan kalori. 1 kalori juga disebut 1 kalori besar ( K ) atau kkal adalah jumlah panas yang di butuhkan untuk menaikkan suhu 1 kg air sebesar 1 °c. 1 kkal = 1 K atau sama dengan 1000 kalori. 
2.  Pengeluaran energy
Pengeluaran energi adalah energi yang digunakan oleh tubuh untuk men- support jaringan dan fungsi-fungsi organ tubuh. Cadangan energi tubuh berbentuk senyawa phospat seperti ATP. Kebutuhan energi seseorang ditentukan oleh BMR dan aktivitas fisik. 
3.  Basal metabolisme rate (MBR)
Basal Metabolisme Rate adalah energi yang digunakan tubuh pada saat istirahat yaitu untuk kegiatan fungsi tubuh seperti pergerakan jantung,  perbafasan, peristaltic usus, kegiatan kelenjar-kelenjar tubuh.

Makanan di dalam tubuh mengalami beberapa proses. Mulai dari pencernaan, absorbsi, metabolisme, dan penyimpanan hingga eliminasi.
   a.   Pencernaan
    Pencernaan dimulai dari mulut, tempat makanan di pecah secara mekanik dengan mengunyah. Protein dan lemak dipecahkan secara fisik tetapi tetap tidak berubah secara kimia karena enzim dalam mulut tidak bereaksi dengan nutrisi ini. Makanan yang telah ditelan memasuki esopagus dan bergerak sepanjangnya dan dengan kontraksi otot seperti gelombang (peristaltik). Massa makanan yang berada pada kardiak spinkter, berlokasi pada pembukaan atas lambung, menyebabkan spinkter relaksasi dan memungkunkan makanan masuk lambung. Di dalam lambung, pepsinogen di sekresikan dan diaktifkan oleh asam hidrokolik menjadi pepsin, enzim pemecah protein. Lambung juga mengeluarkan sejumlah kecil lipase dan amilase untuk mencerna lemak dan zat tepung secara berturut-turut. Lambung juga bertindak sebagai penyimpanan dan makanan menetap di dalam perut kira-kira 3 jam, dengan rentang dari 1-7 jam. Makanan meninggalkan lambung pada spinkter pilorik sebagai asam, massa cair yang disebut kimus. Kimus mengalir ke duodenum dan bercampur cepat dengan empedu, getah intestinal, sekresi pangkreas. Peristaltik terjadi terus menerus dalam usus kecil, mencampur sekresi dengan kimus.
   b.   Absorbsi
    Usus kecil merupakan tempat penyerapan utama nutrien. Sepanjang daerah ini terdapat penonjolan seperti jari yang disebut vili, untuk meningkatkan area permukaan absorbsi. Nutrient diabsorbsi oleh difusi pasif dan osmosis, transport aktif, dan pinositosis. 
   c.   Metabolisme
    Nutrien diabsopsi dalam intestinal, termasuk air, yang ditransportasikan melalui system sirkulasi ke jaringan tubuh. Melalui perubahan kimia dari metabolisme, nutrien diubah ke jumlah substansi yang diperlukan oleh tubuh. Dua tipe dasar metabolisme adalah anabolisme dan katabolisme. Anabolisme merupakan produksi dari substansi kimia yang lebih kompleks dengan sintesis nutrient. Katabolisme merupakan pemecahan substansi kimia menjadi substansi yang lebih sederhana.
   d.   Penyimpanan
   Beberapa, tapi tidak semua, nutrient yang diperlukan tubuh disimpan dalam jaringan tubuh. Bentuk pokok tubuh dari energi yang disimpan adalah lemak, yang disimpan sebagai jaringan adiposa. Glikogen disimpan dalam cadangan kecil di hati dan jaringan otot dan protein dan protein disimpan dalam massa otot. Ketika keperluan energi tubuh melebihi persediaan energi dari nutrient yang dimakan, maka energi yang disimpan digunakan. Sebaliknya energi yang tidak digunakan harus disimpan terutama lemak.

  C.  KEBUTUHAN NUTRISI DAN METABOLISME
    Berikut ini adalah nilai kecukupan energi dan kecukupan protein seseorang perhari rata-rata ketika dalam aktivitas sedang. Jika sering melakukan aktivitas berat seperti olahraga berat, kuli bangunan, menggarap sawah, pekerja lapangan, dan lain sebagainya perlu ditambahkan asupan energi dan protein yang cukup.
      1.   Neonatus
-          KecukupanEnergi : 550 kkal
-          Kecukupan Protein : 10 gram
      2.  Bayi
-          Kecukupan Energi : 650 kkal
        -          Kecukupan Protein : 16 gram 
3.  Toddler
-          Kecukupan Energi : 650 kkal
-          Kecukupan Protein : 16 gram
4.  Prasekolah
-          Kecukupan Energi : 1800 kkal
-          Kecukupan Protein : 45 gram
5.  Usia anak sekolah
Jenis Kelamin Laki-Laki / Pria :
-          Kecukupan Energi : 2050 kkal
-          Kecukupan Protein : 50 gram
Jenis Kelamin Perempuan / Wanita :
-          Kecukupan Energi : 2050 kkal
-          Kecukupan Protein : 50 gram
6.  Remaja
Jenis Kelamin Laki-Laki / Pria :
-           Kecukupan Energi : 2600 kkal
-          Kecukupan Protein : 65 gram
Jenis Kelamin Perempuan / Wanita :
-          Kecukupan Energi : 2200 kkal
-          Kecukupan Protein : 55 gram
7.  Dewasa
Jenis Kelamin Laki-Laki / Pria :
-          Kecukupan Energi : 2550 kkal
-          Kecukupan Protein : 60 gram
Jenis Kelamin Perempuan / Wanita :
-          Kecukupan Energi : 1900 kkal
-          Kecukupan Protein : 50 gram
8.  Lansia
Jenis Kelamin Laki-Laki / Pria :
-          Kecukupan Energi : 2250 kkal
-          Kecukupan Protein : 60 gram
Jenis Kelamin Perempuan / Wanita :
-          Kecukupan Energi : 1750 kkal
-          Kecukupan Protein : 50 gram

  D.  FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN NUTRISI
1.   Pengetahuan
Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat mempengaruhi pola konsusmsi makan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh kurangnya informasi sehingga dapat terjadi kesalahan dalam memahami kebutuhan gizi.
2.  Usia
Pada usia 0-10 tahun kebutuhan metabolisme basa bertambah dengan cepat hal ini sehubungan dengan factor pertumbuhan dan perkembangan yang cepat pada usia tersebut. Setelah usia 20 tahun energy basal relative konstan.
3.  Jenis kelamin
Kebutuhan metabolisme basal pada laki-laki lebih besar di bandingkan dengan wanita pada laki-laki kebutuhan BMR 1,0 kkal/kg BB/jam dan pada wanita 0,9 kkal/kgBB/jam.
4.  Tinggi dan berat bada
Tinggi dan berat badan berpaengaruh terhadap luas permukaan tubuh, semakin luas permukaan tubuh maka semakin besar pengeluaran panas sehingga kebutuhan metabolisme basal tubuh juga menjadi lebih besar.
5.  Ekonomi
Status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan status gizi karena penyediaan makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit. Oleh karena itu, masyarakat dengan kondisi perekonomian tinggi biasanya mampu mencukupi kebutuhan gizi keluarganya dibandingkan masyarakat dengan kondisi perekonomian rendah.
6.  Status kesehatan
Nafsu makan yang baik adalah tanda yang sehat . Anoreksia (kurang nafsu makan) biasanya gejala penyakit atau karena  efek samping obat.
7.  Faktor Psikologis serti stress dan ketegangan
Motivasi individu untuk makan makanan yang seimbang dan persepsi individu tentang diet merupakan pengaruh yang kuat. Makanan mempunyai nilai simbolik yang kuat bagi banyak orang (mis. Susu menyimbolkan kelemahan dan daging menyimbulkan kekuatan).
8.  Alkohol dan Obat
Penggunaan alcohol dan obat yang berlebihan memberi kontribusi pada defisiensi nutrisi karena uang mungkin dibelajakan untuk alcohol daripada makanan. Alcohol yang berlebihan juga mempengaruhi organ gastrointestinal. Obat-obatan yang menekan nafsu makan dapat menurunkan asupan zat gizi esensial. Obat-obatan juga menghabiskan zat gizi yang tersimpan dan mengurangi absorpsi zat gizi di dalam intestine.

  E.  MASALAH-MASALAH GANGUAN NUTRISI
    Secara umum, gangguan kebutuhan nutrisi terdiri atas kekeurangan dan kelebihan nutrisi, obesitas, malnutrisi, Diabetes Melitus, Hipertensi, Jantung Koroner, Kanker, Anoreksia Nervosa.
   1.   Kekurangan nutrisi
    Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang dalam keadaan tidak berpuasa (normal) atau resiko penurunan berat badan akibat ketidakmampuan asupan nutrisi untuk kebutuhan metabolisme.
Tanda klinis :
• Berat badan 10-20% dibawah normal
• Tinggi badan dibawah ideal
• Lingkar kulit triseps lengan tengah kurang dari 60% ukuran standar
• Adanya kelemahan dan nyeri tekan pada otot
• Adanya penurunan albumin serum
• Adanya penurunan transferin
Kemungkinan penyebab:
• Meningkatnya kebutuhan kalori dan kesulitan dalam mencerna kalori        akibat penyakit infeksi atau kanker.
• Disfagia karena adanya kelainan persarafan
• Penurunan absorbsi nutrisi akibat penyakit crohn atau intoleransi laktosa
• Nafsu makan menurun 
   2.  Kelebihan nutrisi
   Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan yang dialami seseorang yang mempunyai resiko peningkatan berat badan akibat asupan kebutuhan metabolisme secara berlebihan.
Tanda klinis :
• Berat badan lebih dari 10% berat ideal
• Obesitas (lebih dari 20 % berat ideal)
• Lipatan kulit trisep lebih dari 15 mm pada pria dan 25 mm pada wanita
• Adanya jumlah asupan berlebihan aktivitas menurun atau monoton.
Kemungkinan penyebab :
• Perubahan pola makan
• Penurunan fungsi pengecapan dan penciuman. 
   3.  Obesitas
   ObesitasObesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang mencapai lebih dari 20% berat badan normal. Status nutrisinya adalah melebihi kebutuhan asupan kalori dan penurunan dalam penggunaan kalori.
   4.  Malnutrisi
    Malnutrisi merupakan masalah yang berhubungan dengan kekurangan zat gizi pada tingkat seluler atau dapat dikatakan sebagai masalah asupan zat gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh. Gejala umumnya adalah berat badan rendah dengan asupan makanan yang cukup atau asupan kurang dari kebutuhan tubuh, adanya kelemahan otot dan penurunan energi, pucat pada kulit, membrane mukosa, konjungtiva dan lain- lain.
   5.  Diabetes mellitus
    Diabetes Melitus merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang ditandai dengan adanya gangguan metabolism karbohidrat akibat kekurangan insulin atau penggunaan karbohidrat secara berlebihan. 
   6.  Hipertensi
   Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabkan oleh berbagai masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti penyebab dari adanya obesitas, serta asupan kalsium, natrium, dan gaya hidup yang berlebihan. 
   7.  Penyakit jantung koroner
    Penyakit jantung koroner merupakan gangguan nutrisi yang sering disebabkan oleh adanya peningkatan kolesterol darah dan merokok. Saat ini, penyakit jantung koroner sering dialami karena adanya perilaku atau gaya hidup yang tidak sehat, obesitas dan lain-lain.
  8.  Kanker
   Kanker merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang disebabkan oleh pengonsumsian lemak secara berlebihan.

  F.  DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.   Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient/intake nutrisi yang tidak adekuat.
NOC :
  •  Nutritional Status : food and Fluid Intake
  •  Nutritional Status : nutrient Intake
   Kriteria Hasil:
Ø  Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
Ø  Beratbadan ideal sesuai dengan tinggi badan
Ø  Mampumengidentifikasi kebutuhan nutrisi
Ø  Tidk ada tanda tanda malnutrisi
Ø  Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
Ø  Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
NIC :
  •  Nutrition Management
Ø  Kaji adanya alergi makanan
Ø  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
Ø  Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Ø  Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
Ø  Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
Ø  Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Ø  Berikan pendidikan kesehatan tentang cara diet, kebutuhan kalori dan tindakan keperawatan yang berhubungan dengan nutrisi jika pasien menggunakan NGT.
  •  Nutrition Monitoring
Ø  BB pasien dalam batas normal
Ø  Monitor mual dan muntah
Ø  Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
Ø  Monitor makanan kesukaan
Ø  Monitor pertumbuhan dan perkembangan
Ø  Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva

2.  Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelebihan intake/gaya hidup/konsumsi terlalu tinggi kalori.
Tujuan:
Ø  Peningkatan aktivitas dengan penurunan BB
Ø  Teridentifikasinya kebutuhan nutrisi dan berat badan yang terkontrol
Ø  Terjadi penurunan barat badan
Ø  Menahan diri untuk tidak makan terlalu banyak dalam waktu tertentu

Intervensi:
Ø  Observasi aktivitas klien
Ø  Tentukan factor penyebab peningkatan BB
Ø  Timbang BB klien
Ø  Beri motivasi agar menurunkan BB
Ø  Bantu klien untuk menentukan pola makan tentang apa, kapan, dimana pasien makan
Ø  Berikan informasi yang sesuai tentang kebutuhan nutrisis yang adekuat dan bagaimana dapat memenuhi kebutuhan tersebut
Ø  Anjurkan pemilihan makanan yang sesuai
Ø  Kurangi porsi makanan tambahan, makanan berlemak, makanan yang manis dan alcohol
Ø  Diskusikan dengan ahli gizi, program penurunan BB yang meliputi pengolaan diit dan pengeluaran energy




Referensi
Docterman dan Bullechek. Nursing Invention Classifications (NIC), Edition 4, United States Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press, 2004.
Nanda International (2009). Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi. 2009-2011. Penerbit buku kedokteran EGC : Jakarta
Maas, Morhead, Jhonson dan Swanson. Nursing Out Comes (NOC), United States Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press, 2004.
Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan. Edisi 4. Salemba Medika : Jakarta
Read More