Selasa, 19 November 2013

KELENJAR HIPOFISE (PITUITARI)



1.1 Latar Belakang
Sistem endokrin terdiri dari sekelompok organ (kadang disebut sebagai kelenjar sekresi internal), yang fungsi utamanya adalah menghasilkan dan melepaskan hormon-hormon secara langsung ke dalam aliran darah. hormon berperan sebagai pembawa pesan untuk mengkoordinasikan kegiatan berbagai organ tubuh. Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukann fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan homeostasis tubuh.
Kelenjar Hipofise adalah suatu kelenjar yang terletak di dasar tengkorak dibawah Hypothalamus yang memegang peranan penting dalam sekresi hormon dari semua organ-organ endokrin. Hormon yang diproduksi sebagai Stimulator-provokator organ organ lain sehingga mampu aktif. Kemampuan hipofise dalam mempengaruhi atau mengontrol langsung aktivitas kelenjar endokrin lain menjadikan hipofise dijuluki master of gland.
Pada kelenjar hipofise tejadi hipersekresi maupun hiposekresi hormon, hal ini akan menyebabkan beberapa kelainan yang perlu kita ketahui tanda, diagnosa dan penatalaksanaanya. Hal ini kita pelajari karena kita sebagai seorang calon  perawat harus mengerti dan bias mengaplikasikan dalm dunia kerja nantinya. Oleh sebab itu, kami sebagai penulis tertarik untuk mengambil tema kelenjar pada ssitem endokrin yang berjudul “KELENJAR HIPOFISE (PITUITARI)”.
1.2 Rumusan Masalah
Makalah ini disusun berdasarkan pada beberapa pokok permasalahan, yaitu:
1.      Apa definisi dari kelenjar hipofise (pituitari)?
2.      Bagaimana anatomi dari kelenjar hipofise (pituitari)?
3.      Apa saja fungsi dari  kelenjar hipofise (pituitari)?
4.      Bagaimana kelainan dari kelenjar hipofise (pituitari)?
5.      Bagaimana definisi, etiologi, patofis dan manifestasi klinis dari kelenjar hipofise (pituitari)?
6.      Bagaimana tes diagnostik dari kelenjar hipofise (pituitari)?
7.      Apa saja diagnosa dari kelenjar hipofise (pituitari)?
8.      Bagaimana penatalaksanaan pada kelainan kelenjar hipofise (pituitari)?
1.3 Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui:
1.      Definisi dari kelenjar hipofise (pituitari)
2.      Anatomi dari kelenjar hipofise (pituitari)
3.      Fungsi dari  kelenjar hipofise (pituitari)
4.      Kelainan dari kelenjar hipofise (pituitari)
5.      Definisi, etiologi, patofis dan manifestasi klinis dari kelenjar hipofise (pituitari)
6.      Tes diagnostik dari kelenjar hipofise (pituitari)
7.      Diagnosa dari kelenjar hipofise (pituitari)
8.      Penatalaksanaan pada kelainan kelenjar hipofise (pituitari)

2.1 Definisi Kelenjar Hipofise (Pituitari)

Kelenjar Hipofise adalah suatu kelenjar yang terletak di dasar tengkorak dibawah Hypothalamus yang memegang peranan penting dalam sekresi hormon dari semua organ-organ endokrin. Hormon yang diproduksi sebagai Stimulator dan provokator organ organ lain sehingga mampu aktif. Kemampuan hipofise dalam mempengaruhi atau mengontrol langsung aktivitas kelenjar endokrin lain menjadikan hipofise dijuluki master of gland.


2.2 Anatomi  Kelenjar Hipofise (Pituitari)
Hipofise terletak di sella tursika, lekukan os spenoidalis basis cranii. Berbentuk oval dengan diameter kira-kira 1 cm dan dibagi atas dua lobus anterior. merupakan bagian terbesar dari hipofise kira-kira 2/3 bagian dari hipofis. Lobus anterior ini juga disebut adenohipofise. Lobus posterior, menipakan 1/3 bagian hipofise dan terdiri dari jaringan saraf sehingga disebut juga neurohipofise. Hipofise stalk adalah struktur yang menghubungkan lobus posterior hipofise dengan hipotalamus. Struktur ini merupakan jaringan saraf.
Lobus intermediate (pars intermediate) adalah area diantara lobus anterior dan posterior, fungsinya belum diketahui secara pasti, namun beberapa referensi yang ada mengatakan lobus ini mungkin menghasilkan melanosit stimulating hormon (MSH). Secara histologis, sel-sel kelenjar hipofise dikelompokan berdasarkan jenis hormon yang disekresi yaitu:
1.      Sel-sel somatotrof bentuknya besar, mengandung granula sekretori, berdiameter 350-500 nm dan terletak di sayap lateral hipofise. Sel-sel inilah yang menghasilkan hormon somatotropin atau hormon pertumbuhan.
2.   Sel-sel iactotroph juga mengandung granula sekretori, dengan diameter 27-350 nm, menghasilkan prolaktin atau laktogen.
3.   Sel-sel Tirotroph berbentuk polihadral, mengar.-'ung granula sekretori dengan diameter 50-100 nm, menghasilkan TSH.
4.   Sel-sel gonadotrof diameter sel kira-kira 275-375 nm, mengandung granula sekretori, menghasilakan FSH dan LH.
5.   Sel-sel kortikotrof diameter sel kira-kira 375-550 nm, merupakan granula terbesar, menghasilkan ACTH.
6.   Sel nonsekretori terdiri atas sel kromofob. Lebih kurang 25% sel kelenjar hipofise tidak dapat diwarnai dengan pewarnaan yang lazim digunakan dan karena itu disebut sel-sel kromofob. Pewarnaan yang sering dipakai adalah carmosin dan erytrosin. Sel foli-kular adalah selsel yang berfolikel.
Hipofise menghasilkan hormon tropik dan nontropik. Hon-non tropik akan mengontrol sintesa dan sekresi hormon kelenjar sasaran sedangkan hormon nontropik akan bekerja langsung pada organ sasaran. Kemampuan hipofise dalam mempengaruhi atau mengontrol langsung aktivitas kelenjar endokrin lain menjadikan hipofise dijuluki master of gland.







2.3 Fungsi Kelenjar Hipofise (pituitari)
Tabel Fungsi Dan Kerja Hormone Pada Kelenjar Hipofise
Lobus
Hormon
Fungsi, Kerja hormon
nterior
·     Growth hormone (GH)
·     Merangsang pertumbuhan jaringan tubuh dan tulang
·     Pertumbuhan dari masa kanak-kanak sampai pubertas
·     Saat pubertas gh tidak mempunyai efek pada tulang
·     Pertumbuhan dipengaruhi oleh factor interna (genetic,hormone) factor eksternal (makanan, kesehatan)
·     Defisiensi GHsaat pubertas akan menyebabkan doorfism(dewasa terlambat)
·     Hiperekskresi GH saat pubertas akan menyebabkan (gigantism) dan setelah pubertas (akromegali)
Sekresi GH meningkat pada saat stress, hipoglikemia, peningkatn asam amino dan tidur.
·     Prolaktin(LTH)/Lituitropik hormone
·     Merangsang pertumbuhan jaringan payudara dan iaktasi
·     Pada wanita hamil ekskresinya meningkat
·     Merangsang kelenjar tiroid
·     Merangsang pertumbuhan kelenjar gondok
·     Thyrotropic hormone (TSH)
·     Berperan dalam sintesis protein
·     Dlm darah berikatan dgn  gama globulin
·     Mempengaruhi pertumbuhan, maturitas, dan fungsi organ seks sekunder dan primer
·     Gonado Tropic Hormone (LH dan FSH)
·     Merangsang pembentukkan steroid oleh korteks adrenal
·     Adrenocortocotropic hormone (ACTH)
·     Dapat merangsang korteks adrenal; dapat mempengaruhi pigmentasi
·     Melanocyte-stimulating. Hormon (MSH)

Posterior
·     Antidiuretic hormone (ADH, vassopressin)
·     Meningkatkan reabsorpsi air oleh tubulus distal dan tubulus kodedokus ginjal, sehingga menurunkan haluaran urine
·     Merangsang vasokontriksi arteriol sehingga tekanan darah meningkat
·     Oksotoksin
·     Merangsang pengeluaran ASI dari alveoli payudara ke dalam, duktus; merangsang kontraksi uterus; kemungkinan terlibat dalam transport sperma dalam traktus reproduktif wanita,




2.4 Kelainan Pada Kelenjar Hipofise
A.      Hiperpituitari (Hiperfungsi Pituitari)
1.      Definisi
Hiperpituitary adalah suatu kondisi patologis yang terjadi akibat tumor atau hiperplasi hipofisisme sehingga menyebabkan peningkatkan sekresi salah satu hormone hipofise atau lebih.
Hormon – hormon hipofisis lainnya sering dikeluarkan dalam kadar yang lebih rendah. (Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Kelenjar Hipofise) (Hotma Rumahardo, 2000 : 36).
Hiperpituitary adalah suatu keadaan dimana terjadi sekresi yang berlebihan satu atau lebih hormone- hormone yang disekresikan oleh kelenjar pituitary {hipofise} biasanya berupa hormone- hormone hipofise anterior.
2.      Etologi
Hiperpituitari dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar hipofisis atau hipotalamus, penyebab mencakup :
a.       Adenoma primer salah satu jenis sel penghasil hormone, biasanya sel penghasil GH, ACTH atau prolakter.
b.      Tidak ada umpan balik kelenjar sasaran, misalnya peningkatan kadar TSH terjadi apabila sekresi HT dan kelenjar tiroid menurun atau tidak ada.
3.      Patofisiologi
Hiperfungsi hipofise dapat terjadi dalam beberapa bentuk bergantung pada sel mana dari ke lima sel-sel hipofise yang mengalami hiperfungsi.
Kelenjar biasanya mengalami pembesaran disebut adenoma makrostopik bila diameternya >10mm atau adenoma mikroskopik bila diameternya <10mm yang terdiri atas satu jenis sel / beberapa jenis sel
Kebanyakan adalah tumor yang terdiri atas sel-sel laktotropik (juga dikenal sebagai prolaktinomus). Tumor yang kurang umumnya yang terjadi adalah adenoma somatotropik kortikotropik.
·         Tumor yang terjadi atas sel-sel pensekresi TSH;Lhatau ;FSH sangat jarang terjadi.
Prolaktinoma (adenoma laktotropin) biasanya adalah tumor kecil jinak yang terdiri atas sel-sel pensekresi prolaktin.
·Adenoma kortikotropik terdiri atas sel-sel pensekresi ACTH kebanyakan tumor ini adalah mikroardenoma dan secara klinisdikenal dengan tanda khas penyakit cus hing’s.
4.      Manifestasi klinis
a)      Perubahan bentuk dan ukuran tubuh serta organ – organ dalam (seperti tangan, kaki, jari – jari tangan, lidah, rahang, kardiyamegali)
b)      Impotensi
c)      Visus berkurang
d)     Nyeri kepala
e)      Perubahan siklus menstruasi (pada klien wanita), infertilitas
f)       Libido seksual menurun
g)      Kelemahan otot, kelelahan dan letargi
5.      Diagnosa
1.      Diagnosa  utama
a.      Perubahan citra tubuh berhubungan dengan penampilan fisik
b.      Disfungsi seksual berhubungan dengan penurunan libido;infertilitas
2.      Diagnose tambahan
a.      Nyeri (kepala /punggung) berhubungan dengan penekanan jaringan oleh tumor hormon; pertumbuhan yang berlebihan.
b.      Takut berhubungan dengan ancaman kematian akibat tumor otak.
c.      Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap perubahan status kehidupan.
d.     Koping individu tidak efektif berhubungan dengan hilangnya kontrol terhadap tubuh.
e.      Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan.
f.      Perubahan sensori perseptual (penglihatan) berhubungan dengan gangguan transmisi impuls akibat kompresi tumor pada neuron optikus.
g.     Resti pola nafas tidak efektif berhubungan dengan cardiomegali,hepatomegali.
h.      Resti pemenuhan nutrisi tubuh berhubungan dengan disfagia akibat lidah yang membesar.
B.      Hipopituitari (Hipofungsi Pituitari)

1.      Definisi
Hipopituitary adalah kelainan akibat berkurangnya atau menghilangnya sekresi dari satu atau lebih hormon hipofisis dan menyebabkan gangguan pertumbuhan yaitu ukuran tubuh kecil atau cebol, timbulnya tanda-tanda dan gejala-gejala biasanya lambat dan tersembunyi, tergantung dari cepatnya serangan dan hebatnya faktor kerusakan hipotalamus, hipofisis yang dipengaruhi oleh dasar patogenesis.
Hipopituitarisme dapat merupakan keadaan primer yang disebabkan oleh kerusakan kelenjar hipofisis pars posterior atau sekunder sebagai akibat dari defisiensi faktor stimulator hipotalamus yang biasanya berpengaruh terhadap hipofisis.
2.      Etiologi
v  Bersifat primer
a)      Tumor hipofisa
b)      Berkurangnya aliran darah ke hipofisa (akibat perdarahan hebat, bekuan darah, anemia)
c)      Infeksi dan peradangan
d)     Sarkoidosis atau amiloidosis
e)      Penyinaran
f)       Pengangkatan kelenjar hipofisa melalui pembedahan
g)      Penyakit autoimun.
v  Bersifat sekunder antara lain:
a)      Tumor hipotalamus
b)      Peradangan
c)      Cedera kepala
d)     Kerusakan pada hipofisa, pembuluh darah maupun sarafnya akibat pembedahan.
3.      Patofisiologi
Penyebab Hipopituitary ada 2 yaitu primer dan sekunder. Primer apabila mempunyai gangguan pada kelenjar hipofise, sekunder apabila mempunyai gangguan pada hipotalamus yang dapat menyebabkan hipogonadisme, tumor, iskemia, dan infeksi peradangan dari penyebab primer dan sekunder ites dapat merusak sel-sel sekretorikyang nantinya menyebabkan penghentian penyebaran factor-faktor dari hipotalamus. Sehingga akan merusak pelepasan bahan pengatur dari hipotalamus itu sendiri dan terjadilah detisiensi tumor yang di kenal dengan sebutan Hipopituitary menyebabkan hipofungsi kelenjar hipofise.
4.      Manifestasi klinik
a.       pertumbuhan lambat.
b.      Hipotermia.
c.       Rambut tumbuh berkurang.
d.      Hipotensi.
e.       Anorexia.
f.       Nyeri kepala.
g.      Kelemahan dan kelelahan.
h.      Gangguan penglihatan
i.        Perubahan siklus menscruasi (pada wanita ).
j.        Impotensia ( Pada pria ).
k.      Ukuran otot dan tulang kecil.
l.        infertilitas
m.     Pucat
5.      Diagnosa
Diagnosa utama
a.      Gangguan Citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur tubuh dan fungsi tubuh akibat defisiensi hormone pertumbuhan.
b.      Disfungsi seksual yang berhubungan dengan penurunan libido, Infertilitas.
Diagnosa tambahan
a.       Kekurangan cairan dan elektrolit b.d gangguan metabolisme tubuh.
b.      Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual muntah.
c.       Intoleransi aktifitas b.d sulit bergerak.
2.5 Tes Diagnosis Pada Kelenjar Hipofise

Foto Tengkorak (Kranium)
Dilakukan untuk melihat kondisi sella tursika. Dapat terjadi tumor atau juga atropi. Tidak dibutuhkan persiapan fisik secara khusus, namun pendidikan kesehatan tentang tujuan dan prosedur sangatlah penting.
Foto Tulang (Osteo)
Dilakukan untuk melihat kondisi tulang. Pada klien dengan gigantisme akan dijumpai ukuran tulang yang bertambah besar dari ukuran maupun panjangnya. Pada akromegali akan dijumpai tulang-tulang perifer yang bertambah ukurannya ke samping. Persiapan fisik secara khusus tidak ada. pendidikan kesehatan diperlukan.
CT Scan Otak
Dilakukan  untuk melihat kemungkinan adanya tumor pada hipofise atau hipotalamus melalui komputerisasi. Tidak ada persiapan fisik secara khusus, namun diperlukan penjelasan agar klien dapat diam tidak bergerak selama prosedur.
Pemeriksaan Darah Dan Urine
Ø  Kadar Growth Hormon
Nilai normal 10 µg ml baik pada anak dan orang dewasa. Pada bayi dibulan-bulan pertama kelahiran nilai ini meningkat kadarnya. Spesimen adalah darah vena lebih kurang 5 cc. Persiapan khusus secara fisik tidak ada.
Ø  Kadar Tiroid Stimulating Hormon (TSH)
Nilai normal 6-10.tg/ml. Dilakukan untuk mei,entukan apakah gangguan tiroid bersifat primer atau sekunder. Dibutuhkan darah lebih kurang 5 cc. Tanpa persiapan secara khusus.
Ø  Kadar Adrenokartiko Tropik (ACTH)
Pengukuran dilakukan dengan test supresi deksametason. Spesimen yang dinerlukan adalah darah vena lebih kurang 5 cc dan urine 24 jam.
Persiapan
1.      Tidak ada pembatasan makan dan minum
2.      Bila klien menggunakan obat-obatan seperti kortisol atau antagonisnya dihentikan lebih dahulu 24 jam sebelumnya.
3.      Bila obat-obatan harus diberikan, lamoirkan jenis obat dan dosisnya pada lembaran pengiriman spesimen
4.      Cegah sires fisik dan psikologis
Pelaksanaan
1.      Klien diberi deksametason 4 x 0,5 ml/haii selama-lamanya dua ihari
2.      Besok paginya darah vena diambil sekitar 5 cc
3.      Urine ditampung selama 24 jam
4.      Kirim spesimen (darah dan urine) ke laboratorium
Hasil
Normal bila;
v  ACTH menurun kadarnya dalam darah. Kortisol darah kurang dari 5 ml/dl
v  17-Hydroxi-Cortiko-Steroid (17-OHCS) dalam urine 24 jam kurang dari 2,5 mg.
Cara sederhana dapat juga dilakukan dengan pemberian deksametasaon I mg per oral tengah malam, baru darah vena diambil lebih kurang 5 cc pada pagi hari dan urine ditampung selama 5 jam. Spesimen dikirim ke laboratorium. Nilai normal bila kadar kortisol darah kurang atau sama dengan 3 mg/dl dan eksresi 17 OHCS dalam urine 24 jam kurang dari 2,5 mg.

2.6 Penatalaksanaan Klien Dengan Kelenjar Hipofise
A.    Klien dengan Hiperfungsi Hipofise
Pengkajian                          
1.     Riwayat penyakit; manifestasi klinis tumor hipofise bervariasi tergantung pada hormone mana yang disekresi berlebihan. Tanyakan manifestasi klinis dari peningkatan prolaktin, GH dan ACM-1 mulai dirasakan.
2.      Kaji usia, jenis kelamin dan riwayat penyakit yang sama dalam keluarga.
3.      Keluhan utama, mencakup:
v  Perubahan ukuran dan bentuk tubuh serta organ-organ tubuh seperti jari-jari, tangan, dsb.
v  Perubahan tingkat energi, kelelahan dan letargi.
4.      Pemeriksaan fisik mencakup:
v  Amati bentuk wajah, khas pada hipersekresi GH seperti bibir dan hidung besar, tulang supraorbita menjolok.
v  Kepala, tangan/lengan dan kaki juga bertambah besar, dagu menjorok ke depan.
v  Amati adanya kesulitan mengunyah dan geligi yang tidak tumbuh dengan baik.
v  Pemeriksaan ketajaman penglihatan akibat kompresi saraf optikus, akan dijumpai penurunan visus.
v  Amati perubahan pada persendian di mana klien mengeluh nyeri dan sulit bergerak. Pada pemeriksaan ditemukan mobiiitas terbatas.
5.      Penatalaksanaan
v  Hipofisektomi melalui nasal atau jalur transkranial (pembedahan)
v  Kolaborasi pemberian obat – obatan seperti bromokriptin (parlodel)
v  Observasi efek samping pemberian bromokriptin
v  Kolaborasi pemberian terapi radiasi
v  Awal efek samping terapi radiasi. (Nelson, 2000 : 227)
B.     Klien dengan Hipofungsi Hipofise
Pengkajian keperawatan pada klien dengan kelainan ini antara lain mencakup:
1.      Riwayat penyakit masa lalu. Adakah penyakit atau trauma pada kepala yang pernah diderita klien, serta riwayat radiasi pada kepala.
2.      Sejak kapan keluhan dirasakan. Dampa c defisiensi GH mulai tampak pada masa balita sedang defisiensi gonadotropin nyata pada masa praremaja.
3.      Apakah keluhan terjadi sejak lahir. Tubuh kecil dan kerdil sejak lahir terdapat pada klien kretinisme.
4.      Berat dan tinggi badan  saat lanir.
5.      Keluhan utama klien:
v  Pertumbuhan lambat
v  Ukuran otot dan tulang kecil
v  Tanda-tanda seks sekunder tidak berkembang; tick ado rambut pubis dan axilla, payudara tidak tumbuh, penis tidak tumbuh, tidak mendapat haid, dll.
v  Infertilitas
v  Impotensia
v  Libido menurun
v  Nyeri sanggama pada wanita
6.      Pemeriksaan fisik
v  Amati bentuk, dan ukuran tubuh, ukur berat badan dan tinggi badan,
v  Amati bentuk dan ukuran buah dada, pertumbuhan rambut axilla dan pubis dan pads klien pria amati pula pertumbuhan rambut di wajah (jenggot dan kumis).
v  Palpasi kulit, pada wanita biasanya menjadi kering dan kasar.
v  Tergantung pada penyebab hipopituitrisme, perlu juga dikaji data lain sebagai data penyerta seperti bila penyebabnya adalah tumor maka perlu dilakukan pemeriksaan terhadap fungsi cerebrum dan fungsi nervus kranialis, dan adanya keluhan nyeri kepala.
7.      Kaji pula dampak perubahan fisik terhadap kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.
8.      Data penunjang dari hasil pemeriksaan diagnostik seperti:
v  Foto kranium untuk melihat pelebaran dan atau erosi seiia tursika
v  Pemeriksaan serum darah; LH dan FSH, GH, prolaktin, kortisol, aldosteron, testosteron, androgen, test stimulasi yang mencakup uji toleransi insulin dan stimulasi tiroid realising hormon.
9.      Penatalaksanaan
v  Kolaborasi untuk radiasi dan operasi
v  Terapi subtitusi(hidrotortisen,pulurs tiroid/ tirosin, testosteron elanol, estregen)
v  Terapi penggantian(estrogen dan progresteron siklik pada wanita, hidrokortison)

3.1 Kesimpulan
Kelenjar Hipofise adalah suatu kelenjar yang terletak di dasar tengkorak dibawah Hypothalamus yang memegang peranan penting dalam sekresi hormon dari semua organ-organ endokrin. Hormon yang diproduksi sebagai Stimulator dan provokator organ organ lain sehingga mampu aktif. Kemampuan hipofise dalam mempengaruhi atau mengontrol langsung aktivitas kelenjar endokrin lain menjadikan hipofise dijuluki master of gland.
Hipofise terletak di sella tursika, lekukan os spenoidalis basis cranii. Berbentuk oval dengan diameter kira-kira 1 cm dan dibagi atas dua lobus anterior. merupakan bagian terbesar dari hipofise kira-kira 2/3 bagian dari hipofis. Lobus anterior ini juga disebut adenohipofise. Lobus posterior, menipakan 1/3 bagian hipofise dan terdiri dari jaringan saraf sehingga disebut juga neurohipofin.
Kelenjar hipofise mengekskresikan beberapa hormon, hormon ini memiliki beberapa fungsi. Kelainan pada ekskresi dari hipofise adalah hiperpituitari dan hipopituitari, masing-masing kelainan memiliki pengkajian dan penatalaksanaan yang berbeda. Diantaranya seperti radiasi, pembedahan maupun terapi obat-obat hormonal.

DAFTAR PUSTAKA
A, Fandi. 2009. Kamus Kesehatan. Yogyakarta: EGC.
Bagnara, Turnor, 1998. Endo Krinologi Umum. Yogyakarta: Airlangga.
biologigonz.blogspot.com/2010/01/hipofise
Corwin, Elizabets. J. 1997. Buku Saku Patologi 2. Jakarta: EGC
Gleade, Jonathan. 2005. At a Galance Anamnese dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta : Erlangga.
Ovedoff, David. 2002. Kapita Selekta. Kedokteran. Jakarta: Binarupa Aksara.
Price, Selvia. A.2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses- proses Penyakit Volume 2. Jakarta : EGC.
Rumohorgo, Hotma.1999. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan  Sistem Endokrin Jakarta: EGC.

0 komentar:

Posting Komentar