LAPORAN
PENDAHULUAN
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GAGAL NAFAS
DISUSUN
OLEH :
Afrizal
Mustaqim
2011011179
PSIK
VI.a
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
CENDEKIA UTAMA KUDUS
2013/2014
LAPORAN
PENDAHULUAN
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GAGAL NAFAS
I.
KONSEP
DASAR
A.
Pengertian
1.
Gagal nafas adalah ketidakmampuan sistem
pernafasan untuk mempertahankan oksigenasi darah normal (PaO2), eliminasi
karbon dioksida (PaCO2) dan pH yang adekuat disebabkan oleh masalah ventilasi
difusi atau perfusi (Susan Martin T, 1997)
2.
Gagal nafas adalah kegagalan sistem
pernafasan untuk mempertahankan pertukaran oksigen dan karbondioksida dalam
jumlah yang dapat
3.
/’mengakibatkan gangguan pada kehidupan
(RS Jantung “Harapan Kita”, 2001)
4.
Gagal nafas terjadi bilamana pertukaran
oksigen terhadap karbondioksida dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju
komsumsi oksigen dan pembentukan karbon dioksida dalam sel-sel tubuh. Sehingga
menyebabkan tegangan oksigen kurang dari 50 mmHg (Hipoksemia) dan peningkatan
tekanan karbondioksida lebih besar dari 45 mmHg (hiperkapnia). (Brunner & Sudarth, 2001)
B.
Etiologi (Brunner & Sudarth, 2001)
1.
Depresi Sistem saraf pusat
Mengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak adekuat. Pusat pernafasan
yang mengendalikan pernapasan, terletak dibawah batang otak (pons dan medulla)
sehingga pernafasan lambat dan dangkal.
2.
Kelainan neurologis primer
Akan mempengaruhi fungsi pernapasan.
Impuls yang timbul dalam pusat pernafasan menjalar melalui saraf yang
membentang dari batang otak terus ke saraf spinal ke reseptor pada otot-otot
pernafasan. Penyakit pada saraf seperti gangguan medulla spinalis, otot-otot
pernapasan atau pertemuan neuromuslular yang terjadi pada pernapasan akan
sangat mempengaruhi ventilasi.
3.
Efusi
pleura, hemotoraks dan pneumothoraks
Merupakan
kondisi yang mengganggu ventilasi melalui penghambatan ekspansi paru. Kondisi
ini biasanya diakibatkan penyakti paru yang mendasari, penyakit pleura atau
trauma dan cedera dan dapat menyebabkan gagal nafas.
4.
Trauma
Disebabkan oleh kendaraan bermotor dapat menjadi penyebab gagal nafas.
Kecelakaan yang mengakibatkan cidera kepala, ketidaksadaran dan perdarahan dari
hidung dan mulut dapat mengarah pada obstruksi jalan nafas atas dan depresi
pernapasan. Hemothoraks, pnemothoraks
dan fraktur tulang iga dapat terjadi dan mungkin menyebabkan gagal
nafas. Flail chest dapat terjadi dan dapat mengarah pada gagal nafas.
Pengobatannya adalah untuk memperbaiki patologi yang mendasar
5.
Penyakit
akut paru
Pnemonia
disebabkan oleh bakteri dan virus. Pnemonia kimiawi atau pnemonia diakibatkan
oleh mengaspirasi uap yang mengiritasi dan materi lambung yang bersifat asam. Asma
bronkial, atelektasis, embolisme paru dan edema paru adalah beberapa kondisi
lain yang menyebabkan gagal nafas.
C.
Manifestasi Klinis (Arief, Manjoer.
2000)
1.
Tanda
Gagal nafas total
a.
Aliran udara di mulut, hidung tidak
dapat didengar/dirasakan.
b.
Pada gerakan nafas spontan terlihat
retraksi supra klavikula dan sela iga serta tidak ada pengembangan dada pada
inspirasi
c.
Adanya kesulitan inflasi paru dalam
usaha memberikan ventilasi buatan
Gagal
nafas parsial
·
Terdenganr
suara nafas tambahan gurgling, snoring, dan wheezing.
·
Ada retraksi dada
2.
Gejala
·
Hiperkapnia yaitu penurunan kesadaran
(PCO2)
·
Hipoksemia yaitu takikardia, gelisah,
berkeringat atau sianosis (PO2 menurun)
D.
Patofisiologi (Brunner & Sudarth, 2001)
Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan
gagal nafas kronik dimana masing masing mempunyai pengertian yang berbeda. Gagal
nafas akut adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang parunya normal
secara struktural maupun fungsional sebelum awitan penyakit timbul. Sedangkan
gagal nafas kronik adalah terjadi pada pasien dengan penyakit paru kronik
seperti bronkitis kronik, emfisema dan penyakit paru hitam (penyakit penambang
batubara). Pasien mengalami toleransi terhadap hipoksia dan hiperkapnia yang
memburuk secara bertahap. Setelah gagal nafas akut biasanya paru-paru kembali
ke asalnya. Pada gagal nafas kronik struktur paru alami kerusakan yang
ireversibel.
Indikator gagal nafas telah frekuensi pernafasan dan
kapasitas vital, frekuensi penapasan normal ialah 16-20 x/mnt. Bila lebih
dari20x/mnt tindakan yang dilakukan memberi bantuan ventilator karena “kerja
pernafasan” menjadi tinggi sehingga timbul kelelahan. Kapasitas vital adalah
ukuran ventilasi (normal 10-20 ml/kg).
Gagal nafas penyebab terpenting adalah ventilasi
yang tidak adekuat dimana terjadi obstruksi jalan nafas atas. Pusat pernafasan
yang mengendalikan pernapasan terletak di bawah batang otak (pons dan medulla).
Pada kasus pasien dengan anestesi, cidera kepala, stroke, tumor otak,
ensefalitis, meningitis, hipoksia dan hiperkapnia mempunyai kemampuan menekan
pusat pernafasan. Sehingga pernafasan menjadi lambat dan dangkal. Pada periode
postoperatif dengan anestesi bisa terjadi pernafasan tidak adekuat karena
terdapat agen menekan pernafasan dengan efek yang dikeluarkan atau dengan meningkatkan
efek dari analgetik opiod. Penemonia atau dengan penyakit paru-paru dapat
mengarah ke gagal nafas akut.
E.
Pathway (terlampir)
F.
Pemeriksaan diagnostik
1.
Pemerikasan
gas-gas darah arteri
Hipoksemia
Ringan : PaO2 < 80
mmHg
Sedang : PaO2 < 60
mmHg
Berat : PaO2 < 40 mmHg
2.
Pemeriksaan
rontgen dada
Melihat
keadaan patologik dan atau kemajuan proses penyakit yang tidak diketahui
3.
Hemodinamik
Tipe I :
peningkatan PCWP
4.
EKG
Mungkin memperlihatkan bukti-bukti regangan jantung di sisi
kanan
Disritmia
G.
Penatalaksanaan
1.
Terapi
oksigen
Pemberian oksigen kecepatan rendah : masker Venturi
atau nasal prong
2.
Ventilator
mekanik dengan tekanan jalan nafas positif kontinu (CPAP) atau PEEP
3.
Inhalasi
nebuliser
4.
Fisioterapi
dada
5.
Pemantauan
hemodinamik/jantung
6.
Pengobatan
Brokodilator
Steroid
7.
Dukungan
nutrisi sesuai kebutuhan
II.
ASUHAN
KEPERAWATAN (Doengoes, E. Marylinn. 2000)
Pengkajian
a.
Airway
1.
Peningkatan
sekresi pernapasan
2.
Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi
b.
Breathing
1.
Distress
pernapasan : pernapasan cuping hidung, takipneu/bradipneu, retraksi.
2.
Menggunakan
otot aksesori pernapasan
3.
Kesulitan
bernafas : lapar udara, diaforesis, sianosis
c.
Circulation
1.
Penurunan
curah jantung : gelisah, letargi, takikardia
2.
Sakit
kepala
3.
Gangguan
tingkat kesadaran : ansietas, gelisah, kacau mental, mengantuk
4.
Papiledema
5.
Penurunan
haluaran urine
d.
Pemeriksaan
fisik :
-
System
pernafasaan :
·
Inpeksi
: kembang kembis dada dan jalan nafasnya
·
Palpasi
: simetris tidaknya dada saat paru ekspansi dan pernafasaan tertinggal
·
Perkusi
: suara nafas ( sonor, hipersonor atau pekak)
·
Auskultasi
; suara abnormal (wheezing dan ronchi)
-
System Kardiovaskuler :
· Inspeksi adakah perdarahan aktif atau
pasif yang keluar dari daerah trauma
· Palpasi ; bagaimana mengenai kulit,
suhu daerah akral
· Suara detak jantung menjauh atau
menurun dan adakah denyut jantung paradok
-
System
neurologis
·
Inpeksi
; gelisah atau tidak gelisah, adakah jejas di kepala
· Palpasi
; kelumpuhan atau laterarisasi pada anggota gerak
· Bagaimana
tingkat kesadaran yang dialamu dengan menggunakan Glasgow Coma Scale
e.
Pemeriksaan
sekunder
1.
Aktifitas
Gejala :
-
Kelemahan
-
Kelelahan
-
Tidak dapat tidur
-
Pola hidup menetap
-
Jadwal olah raga tidak teratur
Tanda :
- Takikardi
- Dispnea pada istirahat atau
aaktifitas
2.
Sirkulasi
Gejala : riwayat IMA
sebelumnya, penyakit arteri koroner, masalah tekanan darah, diabetes mellitus,
gagal nafas
Tanda :
-
Tekanan darah
Dapat normal / naik / turun
Perubahan postural dicatat
dari tidur sampai duduk atau berdiri
- Nadi
Dapat normal , penuh atau
tidak kuat atau lemah / kuat kualitasnya dengan pengisian kapiler lambat, tidak
teratus (disritmia)
-
Bunyi jantung
Bunyi
jantung ekstra : S3 atau S4 mungkin menunjukkan gagal jantung atau penurunan
kontraktilits atau komplain ventrikel
- Murmur
Bila ada menunjukkan gagal
katup atau disfungsi otot jantung
-
Friksi ; dicurigai Perikarditis
-
Irama jantung dapat
teratur atau tidak teratur
-
Edema
Distensi vena juguler, edema
dependent , perifer, edema umum,krekles mungkin ada dengan gagal jantung atau
ventrikel
-
Warna
Pucat atau sianosis, kuku datar , pada membran mukossa atau bibir.
3.
Eliminasi
Tanda : normal, bunyi usus menurun.
4.
Integritas ego
Gejala : menyangkal
gejala penting atau adanya kondisi takut mati, perasaan ajal sudah dekat, marah
pada penyakit atau perawatan, khawatir tentang keuangan , kerja , keluarga
Tanda : menoleh,
menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah, perilaku menyerang,
focus pada diri sendiri, koma nyeri
5.
Makanan atau cairan
Gejala : mual, anoreksia, bersendawa, nyeri ulu hati
atau terbakar
Tanda : penurunan turgor kulit, kulit kering, berkeringat,
muntah, perubahan berat badan
6.
Hygiene
Gejala atau tanda : lesulitan melakukan tugas perawatan
7.
Neurosensori
Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk atau
istrahat )
Tanda : perubahan mental, kelemahan
8.
Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala :
- Nyeri dada yang timbulnya
mendadak (dapat atau tidak berhubungan dengan aktifitas ), tidak hilang dengan
istirahat atau nitrogliserin (meskipun kebanyakan nyeri dalam dan viseral)
- Lokasi :
Tipikal pada dada anterior, substernal , prekordial,
dapat menyebar ke tangan, ranhang, wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti
epigastrium, siku, rahang, abdomen, punggung, leher.
-
Kualitas :
“Crushing ”, menyempit, berat,
menetap, tertekan, seperti dapat dilihat.
-
Intensitas :
Biasanya 10(pada skala 1 -10), mungkin pengalaman nyeri paling buruk
yang pernah dialami.
Catatan : nyeri mungkin tidak
ada pada pasien pasca operasi, diabetes mellitus , hipertensi, lansia
9.
Pernafasan:
Gejala :
-
dispnea tanpa atau dengan kerja
-
dispnea nocturnal
-
batuk dengan atau tanpa produksi sputum
-
riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis.
Tanda :
- peningkatan frekuensi
pernafasan
- nafas sesak / kuat
- pucat, sianosis
- bunyi nafas ( bersih, krekles,
mengi ), sputum
10. Interkasi social
Gejala :
- Stress
- Kesulitan koping dengan
stressor yang ada missal : penyakit, perawatan di RS
Tanda :
-
Kesulitan istirahat dengan tenang
-
Respon terlalu emosi (
marah terus-menerus, takut )
-
Menarik diri
Diagnosa Keperawatan
a.
Pola
nafas tidak efektif b.d. penurunan ekspansi paru
b.
Gangguan pertukaran gas berhubungan
dengan abnormalitas ventilasi-perfusi sekunder terhadap hipoventilasi
c.
Kelebihan volume cairan b.d. edema pulmo
d.
Gangguan perfusi jaringan b.d. penurunan
curah jantung.
Intervensi
a.
Pola nafas tidak efektif b.d. penurunan
ekspansi paru
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien dapat
mempertahankan pola pernapasan yang efektif
Kriteria
Hasil :
Pasien
menunjukkan
1.
Frekuensi, irama dan kedalaman
pernapasan normal
2.
Adanya
penurunan dispneu
3. Gas-gas
darah dalam batas normal
Intervensi
:
1.
Kaji frekuensi, kedalaman dan kualitas
pernapasan serta pola pernapasan.
2.
Kaji tanda vital dan tingkat kesadaran
setiap jam dan prn
3.
Monitor pemberian trakeostomi bila PaCo2
50 mmHg atau PaO2< 60 mmHg
4.
Berikan oksigen dalam bantuan ventilasi
dan humidifier sesuai dengan pesanan
5.
Pantau dan catat gas-gas darah sesuai
indikasi : kaji kecenderungan kenaikan PaCO2 atau kecendurungan penurunan PaO2
6.
Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi
nafas setiap 1 jam
7.
Pertahankan
tirah baring dengan kepala tempat tidur ditinggikan 30 sampai 45 derajat untuk
mengoptimalkan pernapasan
8.
Berikan dorongan untuk batuk
dan napas dalam, bantu pasien untuk memegang dada selama
batuk
9.
Instruksikan
pasien untuk melakukan pernapasan diagpragma atau bibir
10.
Berikan bantuan ventilasi mekanik bila
PaCO > 60 mmHg. PaO2 dan PCO2 meningkat dengan frekuensi 5 mmHg/jam. PaO2
tidak dapat dipertahankan pada 60 mmHg atau lebih, atau pasien memperlihatkan
keletihan atau depresi mental atau sekresi menjadi sulit untuk diatasi.
b.
Gangguan pertukaran gas berhubungan
dengan abnormalitas ventilasi-perfusi sekunder terhadap hipoventilasi
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan keperawatan pasien dapat
mempertahankan pertukaran gas yang adekuat
Kriteria
Hasil :
Pasien
mampu menunjukkan :
1.
Bunyi
paru bersih
2.
Warna
kulit normal
3.
Gas-gas
darah dalam batas normal untuk usia yang diperkirakan
Intervensi
:
1.
Kaji
terhadap tanda dan gejala hipoksia dan hiperkapnia
2.
Kaji TD, nadi apikal dan tingkat
kesadaran setiap[ jam dan prn, laporkan perubahan tingkat kesadaran pada
dokter.
3.
Pantau dan catat pemeriksaan gas darah,
kaji adanya kecenderungan kenaikan dalam PaCO2 atau penurunan dalam PaO2
4.
Bantu dengan pemberian ventilasi mekanik
sesuai indikasi, kaji perlunya CPAP atau PEEP.
5.
Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi
nafas setiap jam
6.
Tinjau kembali pemeriksaan sinar X dada
harian, perhatikan peningkatan atau penyimpangan
7.
Pantau
irama jantung
8.
Berikan
cairan parenteral sesuai pesanan
9.
Berikan obat-obatan sesuai pesanan :
bronkodilator, antibiotik, steroid.
10.
Evaluasi AKS dalam hubungannya dengan
penurunan kebutuhan oksigen.
c.
Kelebihan volume cairan b.d. edema pulmo
Tujuan :
Setelah
diberikan tindakan perawatan pasien tidak terjadi kelebihan volume cairan
Kriteria Hasil :
Pasien mampu
menunjukkan:
1.
TTV normal
2.
Balance
cairan dalam batas normal
3.
Tidak terjadi edema
Intervensi :
1.
Timbang BB tiap hari
2.
Monitor input dan output pasien tiap 1 jam
3.
Kaji
tanda dan gejala penurunan curah jantung
4.
Kaji
tanda-tanda kelebihan volume : edema, BB
, CVP
5.
Monitor parameter hemodinamik
6.
Kolaburasi untuk pemberian cairandan elektrolit
d.
Gangguan
perfusi jaringan b.d. penurunan curah jantung.
Tujuan :
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan pasien mampu mempertahankan perfusi jaringan.
Kriteria Hasil :
Pasien mampu menunjukkan
1.
Status hemodinamik dalam bata normal
2.
TTV normal
Intervensi :
1.
Kaji tingkat kesadaran
2.
Kaji penurunan perfusi jaringan
3.
Kaji status hemodinamik
4.
Kaji irama EKG
5.
Kaji sistem gastrointestinal
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Ed. III. Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius
Asikin Z. (1991). Simposium Keperawatan Penderita
Cidera kepala Penatalaksanaan Penderita dengan Alat Bantu Napas. (Jakarta).
Corwin, Elizabeth. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC
Doengoes, E. Marylinn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Ed.III. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C & Brenda G. Beare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Ed.
8. Vol. 3. Jakarta : EGC
4 komentar:
Terimakasiih ya artikelnya sangat bagus
Terimakasiih ya artikelnya sangat bagus
maksih yaa sanngat membantu saya
terima kasih, artikel ini sangat membantu saya untuk menambah refensi saya dalam membuat Laporan Pendahuluan Askep saya, Senang bisa berkunjung ke halaman website anda
Posting Komentar