A.
Pengertian Gerak Reflek
Gerak pada umumnya terjadi secara sadar,
namun ada pula gerak yang terjadi tanpa disadari yaitu gerak refleks. Impuls
pada gerakan sadar melalui jalan panjang, yaitu dari reseptor, ke saraf
sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah oleh otak, kemudian hasil
olahan oleh otak, berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motor sebagai perintah
yang harus dilaksanakan oleh efektor. Gerak refleks berjalan sangat cepat dan
tanggapan terjadi secara otomatis terhadap rangsangan, tanpa memerlukan kontrol
dari otak. Jadi dapat dikatakan gerakan terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau
tanpa disadari terlebih dahulu. Contoh gerak refleks misalnya berkedip, bersin,
atau batuk.
B.
Alat Yang Dibutuhkan
•
Palu perkusi
•
Lampu Senter
•
Kapas
•
Jarum
C.
Cara Kerja
a. Refleks
kulit perut
Orang coba berbaring telentang dengan
kedua lengan terletak lurus di samping badan. Goreslah kulit daerah abdomen
dari lateral kea rah umbilicus. Respon yang terjadi berupa kontraksi otot
dinding perut.
b. Refleks
kornea
Sediakanlah
kapas yang digulung menjadi bentuk silinder halus. Orang coba menggerakkan bola
mata ke lateral yaitu dengan melihat ke salah satu sisi tanpa menggerakkan
kepala. Sentuhlah dengan hati-hati sisi kontralateral kornea dengan kapas.
Respon berupa kedipan mata secara cepat.
c. Refleks
cahaya
Cahaya
senter dijatuhkan pada pupil salah satu mata orang coba. Respons berupa
konstriksi pupil holoateral dan kontralateral. Ulangi percobaan pada mata lain.
d. Refleks
Periost Radialis
Lengan
bawah orang coba setengah difleksikan pada sendi siku dan tangan sedikit
dipronasikan. Ketuklah periosteum pada ujung distal os radii. Respons berupa
fleksi lengan bawah pada siku dan supinasi tangan.
e. Refleks
Periost Ulnaris
Lengan
bawah orang coba setengah difleksikan pada sendi siku dan tangan antara pronasi
dan supinasi. Ketuklah pada periost prosessus stiloideus. Respons berupa
pronasi tangan.
f. Stretch Reflex (Muscle Spindle
Reflex=Myotatic Reflex)
1)
Knee Pess Reflex (KPR)
Orang coba duduk pada tempat yang agak
tinggi sehingga kedua tungkai akan tergantung bebas atau orang coba berbaring
terlentang dengan fleksi tungkai pada sendi lutut. Ketuklah tendo patella
dengan Hammer sehingga terjadi ekstensi tungkai disertai kontraksi otot
kuadrisips.
2)
Achilles Pess Reflex (ACR)
Tungkai difleksikan pada sendi lutut dan
kaki didorsofleksikan. Ketuklah pada tendo Achilles, sehingga terjadi plantar
fleksi dari kaki dan kontraksi otot gastronemius.
3)
Refleks biseps
Lengan orang coba setengah difleksikan
pada sendi siku. Ketuklah pada tendo otot biseps yang akan menyebabkan fleksi
lengan pada siku dan tampak kontraksi otot biseps.
4)
Refleks triseps
Lengan bawah difleksikan pada sendi siku
dan sedikit dipronasikan. Ketuklah pada tendo otot triseps 5 cm di atas siku
akan menyebabkan ekstensi lengan dan kontraksi otot triseps.
5)
Withdrawl Reflex
Lengan orang coba diletakkan di atas
meja dalam keadaa ekstensi. Tunggulah pada saat orang coba tidak melihat
saudara, tusuklah dengan hati-hati dan cepat kulit lengan dengan jarum suntik
steril, sehalus mungkin agar tidak melukai orang coba. Respons berupa fleksi
lengan tersebut menjauhi stimulus.
D.
Jenis - jenis Reflek
Pada manusia, ada dua jenis refleks yaitu refleks
fisiologis dan patologis.
Refleks fisiologis normal jika terdapat pada manusia,
sebaliknya refleks patologis normal jika tidak
terdapat pada manusia.
a.
Refleks fisiologis
Pada
percobaan refleks kulit perut, orang coba berbaring terlentang dengan kedua
lengan terletak lurus samping badan. Kulit di daerah abdomen dari lateral ke
arah umbilikus digores dan respon yang terjadi berupa kontraksi otot dinding
perut. Namun pada orang lanjut usia dan sering hamil, tidak terjadi lagi
kontraksi otot dinding perut karena tonus otot perutnya sudah kendor. Pada
refleks kornea atau refleks mengedip, orang coba menggerakkan bola mata ke lateral
yaitu dengan melihat salah satu sisi tanpa menggerakkan kepala. Kemudian sisi
kontralateral kornea orang coba disentuh dengan kapas yang telah digulung
membentuk silinder halus. Respon berupa kedipan mata secara cepat.
Pada
percobaan tentang refleks cahaya akan dilihat bagaimana respon pupil mata
ketika cahaya senter dijatuhkan pada pupil. Ternyata repon yang terjadi berupa
kontriksi pupil homolateral dan kontralateral. Jalannya impuls cahaya sampai
terjadi kontriksi pupil adalah berasal dari pupil kemudian stimulus diterima
oleh N. Opticus, lalu masuk ke mesencephalon, dan kemudian melanjutkan ke N .
Oculomotoris dan sampai ke spingter pupil.
Pada
percobaan refleks periost radialis, lengan bawah orang coba difleksikan pada
sendi tangan dan sedikit dipronasikan kemudian dilakukan pengetukan periosteum
pada ujung distal os radii. Jalannya impuls pada refleks periost radialis yaitu
dari processus styloideus radialis masuk ke n. radialis kemudian melanjutkan ke
N. cranialis 6 sampai Thoracalis 1 lalu masuk ke n. ulnaris lalu akan
menggerakkan m. fleksor ulnaris. Respon yang terjadi berupa fleksi lengan bawah
pada siku dan supinasi tangan.
Respon
dari refleks periost ulnaris berupa pronasi tangan. Jalannya impuls saraf
berasal dari processus styloideus radialis masuk ke n. radialis kemudian
melanjutkan ke N. cranialis 5-6 lalu masuk ke n. radialis lalu akan
menggerakkan m. brachioradialis.
Bila
suatu otot rangka dengan persarafan yang utuh diregangkan akan timbul
kontraksi. Respon ini disebut refleks regang. Rangsangannya adalah regangan
pada otot, dan responnya berupa kontraksi otot yang diregangkan. Reseptornya
adalah kumparan otot (muscel spindle). Yang termasuk muscle spindle reflex
(stretcj reflex) yaitu Knee Pess Reflex (KPR), Achilles Pess Reflex (APR),
Refleks Biseps, Refleks Triceps, dan Withdrawl refleks.
Pada
Knee Pess Reflex (KPR), tendo patella diketuk dengan palu dan respon yang
terjadi berupa ekstensi tungkai disertai kontraksi otot kuadriseps. Pada
Achilles Pess Refleks (APR), tungkai difleksikan pada sendi lutu dan kaki
didorsofleksikan. Respon yang terjadi ketika tendo Achilles diketuk berupa
fleksi dari kaki dan kontraksi otot gastroknemius. Ketika dilakukan ketukan
pada tendo otot biseps terjadi respon berupa fleksi lengan pada siku dan
supinasi. Sedangkan jika tendo otot triseps diketuk, maka respon yang terjadi
berupa ekstensi lengan dan supinasi.
Untuk
mengetahui fungsi nervus, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan, misalnya untuk
memeriksa nervus IX (nervus glossopharingeus) dapat dilihat pada saat spatula
dimasukkan ke dalam mulut, maka akan timbul refleks muntah, sedangkan nervus
XII dapat dilakukan pemeriksaan pada lidah, dan beberapa nervus dapat diperiksa
dengan malihat gerakan bola mata. Nervus penggerak mata antara nervus IV,
abduscens, dan oculomotoris. Nervus XI (nervus accesoris) dapat diuji dengan
menekan pundak orang coba, jika ada pertahanan, artinya normal.
Respon motorik
kasar melibatkan seluruh koordinasi sistem saraf. Respon ini dapat dilihat saat
orang diminta menunjuk anggota secara bergantian. Orang normal akan menunjuk
dengan tepat, sebaliknya orang yang koordinasi sistem sarafnya tidak normal
maka dia tidak akan menunjuk dengan tepat.
a.
Pemeriksaan
Neurologi
1.
Fungsi Cerebral
Keadaan umum, tingkat kesadaran yang
umumnya dikembangkan dengan Glasgow Coma Scala (GCS) :
•
Refleks membuka mata (E)
4
: Membuka secara spontan
3
: Membuka dengan rangsangan suara
2
: Membuka dengan rangsangan nyeri
1
: Tidak ada respon
• Refleks verbal (V)
5
: Orientasi baik
4
: Kata baik, kalimat baik, tapi isi percakapan membingungkan.
3
: Kata-kata baik tapi kalimat tidak baik
2
: Kata-kata tidak dapat dimengerti, hanya mengerang
1
: Tidak keluar suara
• Refleks motorik (M)
6
: Melakukan perintah dengan benar
5
: Mengenali nyeri lokal tapi tidak melakukaan perintah dengan benar
4
: Dapat menghindari rangsangan dengan tangan fleksi
3
: Hanya dapat melakukan fleksi
2
: Hanya dapat melakukan ekstensi
1
: Tidak ada gerakan
Cara penulisannya berurutan E-V-M sesuai
nilai yang didapatkan. Penderita yang sadar = Compos mentis pasti GCS-nya 15
(4-5-6), sedang penderita koma dalam, GCS-nya 3 (1-1-1) Bila salah satu reaksi
tidak bisa dinilai, misal kedua mata bengkak sedang V dan M normal,
penulisannya X – 5 – 6. Bila ada trakheastomi sedang E dan M normal,
penulisannya 4 – X – 6. Atau bila tetra parese sedang E an V normal,
penulisannya 4 – 5 – X.
GCS tidak bisa dipakai untuk menilai
tingkat kesadaran pada anak berumur kurang dari 5 tahun.
Derajat kesadaran :
Ø
Sadar : Dapat berorientasi dan berkomunikasi
Ø Somnolens : dapat digugah dengan
berbagai stimulasi, bereaksi secara motorik / verbal kemudian terlenan lagi.
Gelisah atau tenang.
Ø Stupor : gerakan spontan, menjawab
secara refleks terhadap rangsangan nyeri, pendengaran dengan suara keras dan
penglihatan kuat. Verbalisasi mungkin terjadi tapi terbatas pada satu atau dua
kata saja. Non verbal dengan menggunakan kepala.
Ø Semi koma : tidak terdapat respon
verbal, reaksi rangsangan kasar dan ada yang menghindar (contoh mnghindri
tusukan)
Ø
Koma : tidak bereaksi terhadap stimulus
Kualitas kesadaran :
Ø Compos mentis :
bereaksi secara adekuat
Ø Abstensia
drowsy/kesadaran tumpul:tidak tidur dan tidak begitu waspada.
Perhatian terhadap
sekeliling berkurang. Cenderung mengantuk. Bingung/confused: disorientasi
terhadap tempat, orang dan waktu
Ø
Delerium : mental dan motorik kacau, ada halusinasi dn bergerak sesuai dengan
kekacauan fikirannya.
Ø Apatis : tidak tidur, acuh tak
acuh, tidak bicara dan pandangan hampa
Gangguan fungsi cerebral meliputi :
Gangguan komunikasi, gangguan intelektual, gangguan perilaku dan gangguan emosi
Pengkajian status mental / kesadaran meliputi :
GCS, orientasi (orang, tempat dan
waktu), memori, interpretasi dan komunikasi.
2.
Fungsi nervus cranialis
Cara
pemeriksaan nervus cranialis :
a. N.I
: Olfaktorius (daya penciuman) :
Pasiem memejamkan mata,
disuruh membedakaan bau yang dirasakaan (kopi, tembakau, alkohol,dll)
b.
N.II : Optikus (Tajam penglihatan): dengan snelen card, funduscope, dan periksa
lapang pandang
c. N.III : Okulomorius (gerakam kelopak mata ke
atas, kontriksi pupil, gerakan otot mata): Tes putaran bola mata, menggerkan
konjungtiva, palpebra, refleks pupil dan inspeksi kelopak mata.
d. N.IV
: Trochlearis (gerakan mata ke bawah dan ke dalam):
sama seperti N.III
e.
N.V : Trigeminal (gerakan mengunyah, sensasi wajah, lidah dan gigi, refleks
kornea dan refleks kedip):
menggerakan
rahang ke semua sisi, psien memejamkan mata, sentuh dengan kapas pada dahi dan
pipi. Reaksi nyeri dilakukan dengan benda tumpul. Reaksi suhu dilakukan dengan
air panas dan dingin, menyentuh permukaan kornea dengan kapas
f. N.VI
: Abducend (deviasi mata ke lateral) : sama
sperti N.III
g. N.VII
: Facialis (gerakan otot wajah, sensasi rasa 2/3 anterior lidah):
senyum, bersiul, mengerutkan dahi, mengangkat alis mata, menutup kelopak mataa
dengan tahanan. Menjulurkan lidah untuk membedakan gula dengan garam
h. N.VIII
: Vestibulocochlearis (pendengaran dan keseimbangan ) : test Webber dan Rinne
i. N.IX
: Glosofaringeus (sensasi rsa 1/3 posterio lidah ): membedakan rasaa mani dan
asam ( gula dan garam)
j. N.X
: Vagus (refleks muntah dan menelan) : menyentuh pharing posterior, pasien
menelan ludah/air, disuruh mengucap “ah…!”
k. N.XI:
Accesorius (gerakan otot trapezius dan sternocleidomastoideus)
palpasi dan catat kekuatan otot trapezius, suruh pasien mengangkat bahu dan
lakukan tahanan sambil pasien melawan tahanan tersebut. Palpasi dan catat
kekuatan otot sternocleidomastoideus, suruh pasien meutar kepala dan lakukan
tahanan dan suruh pasien melawan tahan.
l.
N.XII : Hipoglosus (gerakan lidah):
pasien suruh menjulurkan lidah dan
menggrakan dari sisi ke sisi. Suruh pasien menekan pipi bagian dalam lalu tekan
dari luar, dan perintahkan pasien melawan tekanan tadi.
3.
Fungsi motorik
a. Otot
Ukuran
: atropi / hipertropi
Tonus
: kekejangan, kekakuan, kelemahan
Kekuatan
: fleksi, ekstensi, melawan gerakan, gerakan sendi.
Derajat
kekuatan motorik :
5
: Kekuatan penuh untuk dapat melakukan aktifitas
4
: Ada gerakan tapi tidak penuh
3
: Ada kekuatan bergerak untuk melawan gravitas bumi
2 :Ada kemampuan bergerak tapi tidak
dapat melawan gravitasi bumi.
1
: Hanya ada kontraksi
0
: tidak ada kontraksi sama sekali
b.
Gait (keseimbangan) : dengan Romberg’s test
4.
Fungsi sensorik
Test
: Nyeri, Suhu,
Raba
halus, Gerak,
Getar,
Sikap,
Tekan,
Refered pain.
5.
Refleks
a.Refleks
superficial
•
Refleks dinding perut :
Cara
: goresan dinding perut daerah epigastrik, supra umbilikal, umbilikal, intra
umbilikal dari lateral ke medial
Respon
: kontraksi dinding perut
• Refleks cremaster
Cara
: goresan pada kulit paha sebelah medial dari atas ke bawah
Respon
: elevasi testes ipsilateral
• Refleks gluteal
Cara
: goresan atau tusukan pada daerah gluteal
Respon
: gerakan reflektorik otot gluteal ipsilateral
Refleks
tendon / periosteum
•
Refleks Biceps (BPR):
Cara
: ketukan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada tendon m.biceps brachii,
posisi lengan setengah diketuk pada sendi siku.
Respon
: fleksi lengan pada sendi siku
• Refleks Triceps (TPR)
Cara
: ketukan pada tendon otot triceps, posisi lengan fleksi pada sendi siku dan
sedikit pronasi
Respon
: ekstensi lengan bawah pada sendi siku
• Refleks Periosto radialis
Cara
: ketukan pada periosteum ujung distal os radial, posisi lengan setengah fleksi
dan sedikit pronasi
Respon
: fleksi lengan bawah di sendi siku dan supinasi krena kontraksi
m.brachiradialis
• Refleks Periostoulnaris
Cara
: ketukan pada periosteum prosesus styloid ilna, posisi lengan setengah fleksi
dan antara pronasi supinasi.
Respon
: pronasi tangan akibat kontraksi m.pronator quadrates
• Refleks Patela (KPR)
Cara
: ketukan pada tendon patella
Respon
: plantar fleksi kaki karena kontraksi m.quadrisep femoris
• Refleks Achilles (APR)
Cara
: ketukan pada tendon Achilles
Respon
: plantar fleksi kaki krena kontraksi m.gastroenemius
• Refleks Klonus lutut
Cara
: pegang dan dorong os patella ke arah distal
Respon
: kontraksi reflektorik m.quadrisep femoris selama stimulus berlangsung
• Refleks Klonus kaki
Cara
: dorsofleksikan kki secara maksimal, posisi tungkai fleksi di sendi lutut.
Respon
: kontraksi reflektorik otot betis selama stimulus berlangsung
b.
Refleks patologis
Hoffmann Tromer
Tangan
pasein ditumpu oleh tangan pemeriksa. Kemudian ujung jari tangan pemeriksa yang
lain disentilkan ke ujung jari tengah tangan penderita. Reflek positif jika
terjadi fleksi jari yang lain dan adduksi ibu jari
Rasping
Gores
palmar penderita dengan telunjuk jari pemeriksa diantara ibujari dan telunjuk
penderita. Maka timbul genggaman dari jari penderita, menjepit jari pemeriksa.
Jika reflek ini ada maka penderita dapat membebaskan jari pemeriksa. Normal
masih terdapat pada anak kecil. Jika positif pada dewasa maka kemungkinan
terdapat lesi di area premotorik cortex
Reflek
palmomental
Garukan
pada telapak tangan pasien menyebabkan kontraksi muskulus mentali ipsilateral.
Reflek patologis ini timbul akibat kerusakan lesi UMN di atas inti saraf VII
kontralateral
Reflek
snouting
Ketukan
hammer pada tendo insertio m. Orbicularis oris maka akan menimbulkan reflek
menyusu. Menggaruk bibir dengan tongue spatel akan timbul reflek menyusu.
Normal pada bayi, jika positif pada dewasa akan menandakan lesi UMN bilateral
Mayer
reflek
Fleksikan
jari manis di sendi metacarpophalangeal, secara halus normal akan timbul
adduksi dan aposisi dari ibu jari. Absennya respon ini menandakan lesi di
tractus pyramidalis
Reflek
babinski
Lakukan
goresan pada telapak kaki dari arah tumit ke arah jari melalui sisi lateral.
Orang normal akan memberikan resopn fleksi jari-jari dan penarikan tungkai.
Pada lesi UMN maka akan timbul respon jempol kaki akan dorsofleksi, sedangkan
jari-jari lain akan menyebar atau membuka. Normal pada bayi masih ada.
Reflek
Oppenheim
Lakukan
goresan pada sepanjang tepi depan tulang tibia dari atas ke bawah, dengan kedua
jari telunjuk dan tengah. Jika positif maka akan timbul reflek seperti babinski
Reflek
Gordon
Lakukan
goresan/memencet otot gastrocnemius, jika positif maka akan timbul reflek
seperti babinski
Reflek
Schaefer
Lakukan
pemencetan pada tendo achiles. Jika positif maka akan timbul refflek seperti
Babinski
Reflek
caddock
Lakukan
goresan sepanjang tepi lateral punggung kaki di luar telapak kaki, dari tumit
ke depan. Jika positif maka akan timbul reflek seperti babinski.
Reflek
rossolimo
Pukulkan
hammer reflek pada dorsal kaki pada tulang cuboid. Reflek akan terjadi fleksi
jari-jari kaki.
Reflek
mendel-bacctrerew
Pukulan
telapak kaki bagian depan akan memberikan respon fleksi jari-jari kaki.
Selain
pemeriksaan tersebut di atas juga ada beberapa pemeriksaan lain seperti :
Pemeriksaan
fungsi luhur:
1. Apraxia : hilangnya
kemampuan untuk melakukan gerakan volunter atas perintah
2. Alexia :
ketidakmampuan mengenal bahasa tertulis
3. Agraphia :
ketidakmampuan untuk menulis kata-kata
4. Fingeragnosia:
kesukaran dalam mengenal, menyebut, memilih dan membedakan jari-jari, baik
punya sendiri maupun orang lain terutama jari tengah.
5. Disorientasi
kiri-kanan: ketidakmampuan mengenal sisi tubuh baik tubuh sendiri maupun orang
lain.
6. Acalculia :
kesukaran dalam melakukan penghitungan aritmatika sederhana.
Refleks Primitif
Moro
Refleks berjalan
Refleks menghisap/menyusu
Tonic neck reflex
Palmar grasp reflex
Refleks Babinski
Refleks Galant
Refleks Berenang
Refleks Babkin
DAFTAR
PUSTAKA
Sherwood,Lauralee.2001.Fisiologi
Manusia dari Sel ke Sistem.EGC
Ganong,
William F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC
Guyton
& Hall.2006.Text Book of Medical Phisiology.Elsevisier Saunders