BAB I
PENDAHULUAN
Meningkatnya
usia harapan hidup (UHH) memberikan dampak yang kompleks terhadap kesejahteraan
lansia. Di satu sisi peningkatan UHH mengindikasikan peningkatan taraf
kesehatan warga negara. Namun di sisi lain menimbulkan masalah masalah karena
dengan meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut akan berakibat semakin besarnya
beban yang ditanggung oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah, terutama dalam
menyediakan pelayanan dan fasislitas lainnya bagi kesejahteraan lansia. Hal ini
karena pada usia lanjut individu akan mengalami perubahan fisik, mental, sosial
ekonomi dan spiritual yang mempengaruhi kemampuan fungsional dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari sehingga menjadikan lansia menjadi lebih rentan menderita
gangguan kesehatan baik fisik maupun mental. Walaupun tidak semua perubahan
struktur dan fisiologis, namun diperkirakan setengah dari populasi penduduk
lansia mengalami keterbatasan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, dan 18%
diantaranya sama sekali tidak mampu beraktivitas. Berkaitan dengan kategori
fisik, diperkirakan 85% dari kelompok umur 65 tahun atau lebih mempunyai paling
tidak satu masalah kesehatan(HealthyPeople,1997).
Dari berbagai masalah kesehatan itu ternyata gangguan muskuloskeletal menempati urutan kedua 14,5% setelah penyakit kardiovaskuler dalam pola penyakit masyarakat usia >55 tahun (Household Survey on Health, Dept. Of Health, 1996). Dan berdasarkan survey WHO di Jawa ditemukan bahwa artritis/reumatisme menempati urutan pertama (49%) dari pola penyakit lansia (Boedhi Darmojo et. al, 1991).
Dari berbagai masalah kesehatan itu ternyata gangguan muskuloskeletal menempati urutan kedua 14,5% setelah penyakit kardiovaskuler dalam pola penyakit masyarakat usia >55 tahun (Household Survey on Health, Dept. Of Health, 1996). Dan berdasarkan survey WHO di Jawa ditemukan bahwa artritis/reumatisme menempati urutan pertama (49%) dari pola penyakit lansia (Boedhi Darmojo et. al, 1991).
Seiring
dengan meningkatnya usia harapan hidup, jumlah populasi usia lanjut (lansia)
juga meningkat. Tahun 1999, jumlah penduduk lansia di Indonesia lebih kurang 16
juta jiwa. Badan Kesehatan Dunia, WHO, memperkirakan tahun 2025 jumlah lansia
di Indonesia 60 juta jiwa, mungkin salah satu terbesar di dunia.
Dibandingkan dengan jantung dan kanker, rematik boleh jadi tidak terlampau menakutkan. Namun, jumlah penduduk lansia yang tinggi kemungkinan membuat rematik jadi keluhan favorit. Penyakit otot dan persendian ini sering menyerang lansia, melebihi hipertensi dan jantung, gangguan pendengaran dan penglihatan, serta diabetes (Health-News,2007).
Dibandingkan dengan jantung dan kanker, rematik boleh jadi tidak terlampau menakutkan. Namun, jumlah penduduk lansia yang tinggi kemungkinan membuat rematik jadi keluhan favorit. Penyakit otot dan persendian ini sering menyerang lansia, melebihi hipertensi dan jantung, gangguan pendengaran dan penglihatan, serta diabetes (Health-News,2007).
Tujuan
dari penulisan makalah ini adalah sbb:
- Tujuan Umum
Mengetahui
gambaran umum tentang rheumatoid arthritis yang terjadi pada lansia.
- Tujuan Khusus
- Mengetahui pengertian, etiologi, patofisiologi, serta tanda dan gejala yang terjadi pada lansia penderita rheumatoid artritis.
- Mengetahui penatalaksanaan asuhan keperawatan gerontik yang sesuai diberikan pada lansia dengan rheumatoid arthritis.
BAB II
PEMBAHASAN
A.DEFINISI
Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang
menyebabkan proses inflamasi pada sendi (Lemone
& Burke, 2001 : 1248). Reumatik dapat terjadi pada semua jenjang
umur dari kanak-kanak sampai usia lanjut. Namun resiko akan meningkat dengan
meningkatnya umur (Felson dalam Budi
Darmojo, 1999).
Rematoid
Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang manifestasi
utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga
melibatkan seluruh organ tubuh
(Hidayat, 2006).
Artritis Rematoid adalah suatu penyakit autoimun dimana
persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) secara simetris mengalami peradangan,
sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan sering kali akhirnya menyebabkan
kerusakan bagian dalam sendi.
Arthritis
adalah istilah medis untuk penyakit dan kelainan yang menyebabkan
pembengkakan/radang atau kerusakan pada sendi. Arthritis sendiri merupakan
keluarga besar inflammatory degenerative disease, di mana bentuknya
sangat beragam, lebih dari 100 jenis arthritis. Istilah arthritis sendiri
berasal dari bahasa Yunani /Greek: Arthon
/sendi dan it is/radang
(www. wrm-Indonesia.org).
Rhematoid artritis adalah peradangan yang kronis sistemik,
progresif dan lebih banyak terjadi pada wanita, pada usia 25-35 tahun (Brunner,
2002).
B.ETIOLOGI
Penyebab dari artritis rhematoid belum dapat ditentukan
secara pasti, tetapi dapat dibagi dalam 3 bagian, yaitu:
1). Mekanisme imunitas (antigen antibodi) seperti interaksi IgG dari imunoglobulin
dengan rhematoid faktor
2).
Faktor metabolik
3).
Infeksi dengan kecenderungan virus
C.PATOFISIOLOGI
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti
edema, kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular.
Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi
artikular kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk
pannus, atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub
chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada
nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat
ketidakmampuan sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi
adhesi diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu
(ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan
ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari
persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis
setempat.
Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai
dengan masa adanya serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada
orang yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang
lagi. Yang lain. terutama yang mempunyai faktor rhematoid (seropositif
gangguan rhematoid) gangguan akan menjadi kronis yang progresif.
D.TANDA DAN GEJALA
1).
Tanda dan gejala setempat
q
Sakit persendian disertai kaku terutama pada pagi hari (morning stiffness) dan
gerakan terbatas, kekakuan berlangsung tidak lebih dari 30 menit dan dapat
berlanjut sampai berjam-jam dalam sehari. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan
osteoartritis yang biasanya tidak berlangsung lama.
q
Lambat laun membengkak, panas merah, lemah
q
Poli artritis simetris sendi perifer à Semua sendi bisa terserang, panggul,
lutut, pergelangan tangan, siku, rahang dan bahu. Paling sering mengenai sendi
kecil tangan, kaki, pergelangan tangan, meskipun sendi yang lebih besar
seringkali terkena juga
q
Artritis erosif à sifat radiologis penyakit ini. Peradangan sendi yang kronik
menyebabkan erosi pada pinggir tulang dan ini dapat dilihat pada penyinaran
sinar X
q
Deformitas à pergeseran ulnar, deviasi jari-jari, subluksasi sendi
metakarpofalangea, deformitas b€outonniere dan leher angsa. Sendi yang lebih
besar mungkin juga terserang yang disertai penurunan kemampuan fleksi ataupun
ekstensi. Sendi mungkin mengalami ankilosis disertai kehilangan kemampuan
bergerak yang total
q
Rematoid nodul à merupakan massa subkutan yang terjadi pada 1/3 pasien dewasa,
kasus ini sering menyerang bagian siku (bursa olekranon) atau sepanjang
permukaan ekstensor lengan bawah, bentuknya oval atau bulat dan padat.
q
Kronik à Ciri khas rematoid artritis
2).
Tanda dan gejala sistemik
·
Lemah, demam tachikardi, berat badan turun, anemia, anoreksia
Bila ditinjau dari stadium, maka pada RA terdapat tiga
stadium yaitu:
- Stadium sinovitis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan
sinovial yang ditandai adanya hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat
istirahat maupun saat bergerak, bengkak, dan kekakuan.
- Stadium destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan
sinovial terjadi juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi
tendon. Selain tanda dan gejala tersebut diatasterjadi pula perubahan bentuk
pada tangan yaitu bentuk jari swan-neck.
- Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan
berulang kali, deformitas dan ganggguan fungsi secara menetap. Perubahan pada
sendi diawali adanya sinovitis, berlanjut pada pembentukan pannus, ankilosis
fibrosa, dan terakhir ankilosis tulang
E.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.
Tes serologi
·
Sedimentasi eritrosit meningkat
·
Darah, bisa terjadi anemia dan leukositosis
·
Rhematoid faktor, terjadi 50-90% penderita
2.
Pemerikasaan radiologi
·
Periartricular osteoporosis, permulaan persendian erosi
·
Kelanjutan penyakit: ruang sendi menyempit, sub luksasi dan ankilosis
3.
Aspirasi sendi
·
Cairan sinovial menunjukkan adanya proses radang aseptik, cairan dari sendi
dikultur dan bisa diperiksa secara makroskopik.
F.PENATALAKSANAAN
Tujuan utama terapi adalah:
- Meringankan rasa nyeri dan peradangan
- memperatahankan fungsi sendi dan kapasitas fungsional maksimal penderita.
- Mencegah atau memperbaiki deformitas
Program terapi dasar terdiri dari lima komponen dibawah ini yang merupakan sarana pembantu untuk
mecapai tujuan-tujuan tersebut yaitu:
- Istirahat
- Latihan fisik
- Panas
- Pengobatan
- Aspirin (anti nyeri)dosis antara 8 s.d 25 tablet perhari, kadar salisilat serum yang diharapakan adalah 20-25 mg per 100 ml
- Natrium kolin dan asetamenofen à meningkatkan toleransi saluran cerna terhadap terapi obat
- Obat anti malaria (hidroksiklorokuin, klorokuin) dosis 200 – 600 mg/hari à mengatasi keluhan sendi, memiliki efek steroid sparing sehingga menurunkan kebutuhan steroid yang diperlukan.
- Garam emas
- Kortikosteroid
- Nutrisi à diet untuk penurunan berat badan yang berlebih
Bila Rhematoid artritis progresif dan, menyebabkan kerusakan
sendi, pembedahan dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri dan memperbaiki fungsi.
Pembedahan dan indikasinya sebagai berikut:
1).
Sinovektomi, untuk mencegah artritis pada sendi tertentu, untuk mempertahankan
fungsi sendi dan untuk mencegah timbulnya kembali inflamasi.
2).
Arthrotomi, yaitu dengan membuka persendian.
3).
Arthrodesis, sering dilaksanakan pada lutut, tumit dan pergelangan tangan.
4).
Arthroplasty, pembedahan dengan cara membuat kembali dataran pada persendian.
BAB III
PROSES KEPERAWATAN
A.PENGKAJIAN
1.
Riwayat Kesehatan
- Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai.
- Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum pasien mengetahui dan merasakan adanya perubahan pada sendi.
2.
Pemeriksaan Fisik
- Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati warna kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.
- Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi sinovial
- Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)
- Catat bila ada krepitasi
- Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan
- Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral
- Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang
- Ukur kekuatan otot
- Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya
- Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari
3.
Riwayat Psiko Sosial
Pasien
dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi apalagi pad
pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karean ia merasakan adanya
kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari menjadi
berubah. Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien
khususnya aspek body image dan harga diri klien.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan
tanda dan gejala yang dialami oleh pasien dengan artritis ditambah dengan
adanya data dari pemeriksaan diagnostik, maka diagnosa keperawatan yang sering
muncul yaitu:
Tabel
Analisa Data
No
|
Symptom
|
Etiologi
|
Problem
|
1.
|
Keluhan
nyeri, ketidaknyamanan, kelelahan, berfokus pada diri sendiri, Perilaku
distraksi/ respons autonomic
|
Distensi
jaringan akibat akumulasi cairan/proses inflamasi, destruksi sendi
|
Nyeri
|
2.
|
Keengganan
untuk mencoba bergerak/ ketidakmampuan untuk dengan sendiri bergerak dalam
lingkungan fisik.
Membatasi rentang gerak, ketidakseimbangan koordinasi, penurunan kekuatan otot/ kontrol dan massa ( tahap lanjut ). |
deformitas
skeletal,
nyeri, penurunan kekuatan otot |
Gangguan
mobilitas fisik berhubungan dengan.
|
3.
|
Perubahan
fungsi dari bagian-bagian yang sakit.
|
deformitas
skeletal,
nyeri, penurunan kekuatan otot |
Gangguan
Citra Tubuh
|
4.
|
Ketidakmampuan
untuk mengatur kegiatan sehari-hari.
|
kerusakan
musculoskeletal, penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak,
depresi
|
Defisit
perawatan diri
|
5.
|
Sering
terjatuh Aktifitas menggunakan alat bantu.
Penurunan aktifitas motorik |
Hilangnya
kekuatan otot dan sendi, penurunan kekuatan, Penurunan fungsi
sensorik dan motorik.
|
1 komentar:
izin download
Posting Komentar